Pimpinan Tertua Malaysia Mahathir, Jurnalis Amplop ?

5/29/2021

Jurnalis Indonesia, yang terdiri dari koran Tempo, Detik, Media Indonesia, Kompas, Tribun, Ruai TV, TVRI di (Negara Indonesia), media koran memang jelas dengan berbagai kompetisi diterapkan setiap konflik yang pernah terjadi pada tahun 2000an mungkinkah berlanjut 2021, dimana konflik yang belum terekspos oleh Orang melayu RT 003, Itu pada aspek budaya masyarakat lokal, pada padi jelas terjadi.

Tetapi, apakah mereka mengekspos kebiadaban mereka itu, ditengah publik dan masyarakat dengan hasil konflik yang mereka ciptakan di Pontianak, Kalimantan Barat, Untuk mendapatkan kepercayaan publik di mata masyarakat, jelas mereka datang pada tahun 2016, konsep fisik dan spritualitas mengarah pada pembangunan manusia, kebiadaban mereka di Kalimantan Barat.

Berbagai persoalan ditujukan pada hukum tentunya, yang menjadi penting pada sistem politik di Indonesia, Kalimantan Barat ketika itu. Ada tidak jurnalis yang jujur terhadap hal ini, sebut saja Perdana menteri Malaysia Mahathir, (tidak ada manfaatnya) 2020 di Malaysia, enggan ingin bertemu dengan para jurnalistik itu.

Berbagai pihak berwajib seperti polisi, baru menyadari persoalan itu di tengah masyarakat, dan dunia Internasional atas pelaku yang membuat konflik sosial, dan juga orang tua mereka di hadapan ruang privasi dan publik.

Dayak 1967 - 1999 - 2008 jelasnya mereka, adalah orang PDI Perjuangan, dengan demikian mereka berada pada kondisi perlindungan terhadap tembok gereja, yang dihasilkan dari pembangunan pajak ekonomi masyarakat di kota.  

Pontianak - untuk menutupi kebiadaban orang itu, sebut saja pak RT 003, media mana yang meliput perlakukan mereka, termasuk orang Batak Siregar, Sihombing (Batak - Melayu - Tionghoa Hakka - Jawa) itu di Pontianak.  Dengan mencari nama baik mungkin setiap media.  

Menciptakan suatu konflik yang bisa mempercayakan misalnya “saya” untuk mencatat berbagai kebiadaban jurnalis pada konflik kepentingan politik, termasuk para suku dengan atas agama Kristiani - Islam, di Kalimantan Barat.

Catatan politik lokal di Pontianak, menjadi identitas bagi mereka terhadap dinamika budaya politik (kader partai PDI Perjuangan, terutama untuk petugas dapil kota) - Dayak, terhadap suku-suku disini, yang mereka sampaikan dan berlindung dibalik hukum akan kebenaran. Padahal yang dapat diketahui bagaimana sistem politik mereka bekerja, dengan perkampungan mereka buat itu.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close