Model Pembangunan, Seksualitas MRPD Pancasila

7/26/2021

Apa yang dibuat paling simpati, dan ilmu kesehatan. Orang Batak, pelajari kesehatan dalam pengetahuan untuk hidup ditengah masyarakat, dan dengan berbagai persoalan budaya mereka saat ini, bagaimana sistem ekonomi politik diterapkan dapat digambarkan dengan baik keberadaan mereka saat ini.

Yang paling baik dalam memahami konflik yang mereka buat, hingga ingin bersaing, tetapi masih sulit untuk dicapai. Apa yang digunakan dalam hal ini, pada sistem ekonomi politik pada aspek kesehatan, yaitu dengan seksualitas, Sihombing (Silaban), sepuh menurut budaya Batak. 

Bagaimana mereka ingin mendekati perempuan misalnya, terus ingin memegangnya, tetapi tidak menyadari akan politik seksualitas pada tubuh mereka, dan kelas sosial yang mereka capai. Itu adalah rencana anak-anak MRPD Pancasila, tepatnya guna membuat konflik, bagaimana drama dan sinetron seksualitas, hasil dari pekerjaan orang tuanya, dengan mengkondisikan ekonomi politik, dan ingin bersaing. 

Dengan di kondisikan pada aspek agama dan filsafat. Nama-nama itu bisa disebutkan satu persatu dengan apa yang mereka kerjakan, dan pembullyan apa yang mereka perbuat dalam hal ini, menarik berteman dan interaksi.

Konsep Ke Tuhanan menjadi pengujian terhadap hukum yang mesti mereka terima setidaknya, tetapi dengan dasar agama yang mereka terapkan, sangat nyata pada kehidupan mereka, hingga berganti agama juga demikian, dan bersembunyi pada aspek rumah penduduk, dan keberadaan rumah yang mereka tempati, takjub dan hebat Indonesia.

Pergaulan anak sekarang tentunya tidak mencerminkan nilai agama yang sesuai dengan pembangunan manusia saat ini. Tepatnya, bagaimana mereka hidup dan hukum menjadikan mereka konsep yang baik dalam setiap persoalan hidup mereka saat ini. 

Pola itu tampak dipahami dikarenakan kepentingan ekonomi, seksualitas dan ingin bersaing tetapi disadar dengan budaya dan agama yang mereka terapkan. Berbagai kemungkinan yang dipahami pada aspek itu, demikian bagaimana orangtua juga hal yang sama seperti anak-anaknya, pada sistem keluarga (kelas menegah). 

Tanpa disadari hal itu menjadi bagian dari aspek kehidupan mereka saat ini berada. Nama-nama itu yang membuat mereka bertahan pada aspek kesehatan, jelas bagaimana mereka tidak mestinya dipahami pada nurani mereka terima saat ini. Apakah mereka baik, dan tidaknya itu. Lagi hal ini menjadi otak dari kisah seksualitas yang di buat oleh Arizona (kader PDI Perjuangan, Pontianak, Kalimantan Barat).

Konflik seksualitas yang tanpa disadari tetapi hilang budaya malu mereka terhadap individu, dan kelompok dengan demikian bagaimana mereka hidup tampak dengan kebudayaan dan agama yang meyimpang pada konsep yang tidak sesuai dengan kehidupan beragama.

Ini menjadi catatan pada pendidikan dan pembangunan di Kota Pontianak, hendaknya menjadi baik jika orang tersebut memberikan dampak pendidikan yang lebih baik kembali pada Negara, terutama budaya yang mesti dipahami dengan suatu kesadaran yang hakiki, dan berkehidupan yang dimulai dari orang tua mereka.

Strategi kemudian dilangsungkan, dengan budaya meminang misalnya, untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, sandang, pangan dan papan, serta ekonomi politik (mengeluh dengan upah), guna mendapatkan simpati. 

Hal ini diterima di masyarakat, memiliki kelas sosial, tampak dapat digambarkan dengan apik suatu kondisi seksualitas, yang tampak tidak ingin susah tetapi ingin enak hidupnya, Protestan - Islam - Katolik (pendidikan). begitu kejahatan kesehatan misalnya, Silaban (Menurut Adat, sepuh, katanya), Pontianak, Kalimantan Barat.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close