Menjelang tahun baru 2022, orang Kristen tidak bersembunyi dibalik tembok agama Katolik, Islam – Protestan, di Indonesia, maupun menjadi penegak hukum, maka masa kolonialisasi dapat dilakukan dengan baik, sebagai makan orang dan makan duit orang (spritualitas topeng).
Bekerja sebagai marketing, dan bisnis di Lokal Indonesia, berharap naik turun hotel, dengan bobot rendah sebagai orang Indonesia, Lokal, Pontianak serta pengetahuan medis yang bobrok, di Lokal Pontianak, Indonesia, dan ketidakjujuran dalam bekerja.
Dengan pendidikan rendah, dan drama di koran – koran, kehidupan seksualitas, politik dan ekonomi pedesaan, dan bisa telanjang di hadapan saya (numpang hidup), pada kelas sosial, dan dosa asal dari konflik etnik dan agama terjadi dan sosial media, (CCTV) sudah ada di Kota Pontianak 2022. Suatu pengalaman menarik, bagi orang Indonesia, lokal pedesaan hilir.
Dengan sistem politik seksualitas, pada tahun 2019 – 2022, dan setelah itu mendapatkan undangan makan, bakar – bakar ikan, serta kebetulan pada Tahun baru saya lebih memilih mengenakan pakaian Olahraga, dan sandal gunung berwarna Orange PDI P, dapil kota pontianak itu (Dayak - Tionghoa).
Kebudayaan Barat, menggunakan sandal sepatu sudah digunakan, bukan
berarti anda ingin mengikuti budaya, dan masuk pada sistem keluarga secara
mudah. Itu saja, intinya. Pengetahuan, dan pendidikan yang baik, mesti
diterapkan, bukan dengan drama, dan hasil yang diperoleh berdasarkan
nilai-nilai seorang guru dan dosen untuk menghentikan siswanya - mahasiswa.
Pendidikan di Lokal, Pontianak menjadi pemahaman bahwa bobot mengajar itu masih rendah loh. Itu saja, sampai mana kepintaran di sekolah dan
bangku kampus. Toh tetap dari pajak masyarakat sebelumnya, hasil dari
pembangunan Nasional orang penting, dan sok penting di Lokal.
Itu yang saya lakukan disini, tiba tiba datang orang Jawa, gak tahu siapa namanya duduk di samping saya dan adik saya (mahasiswa Untan di Pontianak) ketika di gereja Katedral Pontianak. Berkenalan bahwa membangun gedung tinggi, oh ya..belum pencakar langit toh.
Semakin pintar orang
Jawa, maka mereka hidup dalam keganasaan kehidupan sosial, kelas sosial, dan pekerjaan mereka
secara nyata. Tionghoa Hakka, Batak – Jawa, suku paling tidak tahu di untung, kalau dalam
sistem ekonomi pedesaan di Indonesia.
Hasil asimilasi budaya, menjelaskan bagaimana pembangunan lokal, dan bisnis dihasilkan dari berbagai kepentingan ekonomi politik dan agama, serta para priyayi, dan lokal makan orang – Tionghoa.
Karena hidup sebagai pemberontak atau tidak patuh, budaya dan agama sebelumnya di Lokal Indonesia, nan begitu ganas, dapat ditemui di rumah ibadah atau gereja juga loh.
0 comments