Budaya Politik, Massa Pada Peradaban Perkotaan Pontianak 1990 - 2000

2/18/2022

Peradaban manusia atau binatang di Pontianak, yang melaju ke Jakarta misalnya dari hasil ekonomi politik, seksualitas, dan mata pencaharian yang menjelaskan bagaimana urbanisasi perkotaan tinggal dalam kehidupan sosial mereka di masyarakat hingga saat ini.

Pada tahun 2008 ketika naiknya elit politik, maka ekonomi politik, pada agama (Katolik - Budha - Protestan di Indonesia) berlangsung dengan baik, tentunya pada sandang, pangan dan papan dalam hal ini menjelaskan bagaimana peradaban perkotaan muncul dan tumbuh berdasarkan hasil dari ekonomi lokal, masyarakat Indonesia.

Hal ini menjelaskan bahawa peradaban masyarakat yang tidak lekat dari budaya Desa yang menjijikan itu setidaknya, yang tumbuh pada kelas sosial kebawah, seperti buruh kapal, asisten rumah tangga, pedagang, petani dan lainnya menjelaskan bagaimana mereka hidup di Pontianak pada masyarakat lokal, setidaknya menjadi identitas budaya mereka yang tidak miliki moralitas dan etika ketika berurbanisasi.

Ketika hal ini menjelaskan bagaimana evaluasi terhadap pembangunan manusia yang begitu bodoh itu, hasil dari sumber daya manusia di Indonesia, PDI Perjuangan itu berdasarkan kelompok, organsiasi, dan etnik di Pontianak. 

Memang mereka itu hidup menjijikan, dan tidaknya moralitas dan etika dalam kehidupan sosial mereka di masyarakat, pada seksualitas pun digunakan pada tahun 2011 - 2019, di Pontianak, tidak ada moral dan etika serta akal sehat.

Tetapi, dalam hal ini seringkali mereka ingin masuk dalam kelas sosial keatas misalnya, dengan peraih pendidikan mereka di masyarakat, dan di tempat kerja, serta lingkungan pergaulan. Maka, akal sehat secara psikologis itu penting dalam melihat berbagai persoalan sosial di masyarakat hingga saat ini pada tahun 2000 – 2008 di Pontianak.

Ketika hal itu juga, dapat dijelaskan sejauh mana etika dan moralitas mereka di masyarakat, dan apa yang dikontribusikan masyarakat Jawa – Batak - Tionghoa di Pontianak, hingga saat ini. Hal ini menjelaskan dengan kata bahwa mereka hidup tanpa batasan, serta etika dan moralitas di Pontianak – Jakarta.

Hasil asimilasi budaya dan agama menjelaskan bagaimana mereka hidup dan tinggal berdasarkan aktivitas dan ekonomi politik mereka, yang tidak memiliki malu sebelumnya di Pontianak. Hasil dari pertarungan politik, dan perebutan perkotaan oleh PDI Perjuangan, yang memang berasal dari kehidupan budaya dan moralitas mereka di Jakarta sebelumnya.

Budaya masa lalu, menjadi identitas budaya masyarakat adat di Indonesia menjadi gambaran terhadap peradaban manusia pada pembangunan di Pontianak, dan di Jakarta. Hal ini menjelaskan bahwa kecurangan, ketidaksenangan orang Tionghoa – Batak – Jawa, dan Dayak. 

Tampak pada setiap aktivitas, dan pekerjaan yang seharusnya bukan menjadi miliki mereka itu. Misalnya budaya makan orang Dayak 0 Batak, tetapi bekerja di medis misalnya itu, kek sok tahu benar ilmu medis, dan lainnya.

Kemudian, urbansiasi, migrasi dan lainnya guna mendapatkan tempat yang nyaman,dan gaji tinggi misalnya nah, secara kolektif, membuat rencana jahat, konflik sosial, etnik, dan diberbagai lingkungan tempat tinggal, pekerjaan, dan rumah ibadah misalnya di Pontianak ini, pada aspek agama.

Pengalaman, yang menarik ketika bekerja, dan lainya menjelaskan situasi kehidupan sosial di masyarakat dalam hal ini terbentuk tidak ada budaya malu, pada sistem sosial mereka secara budaya dan agama, termasuk orang Tionghoa disini 1990 – 2000.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close