Ilmu Politik, Ekonomi Politik, Dan Budaya Di Kalimantan 1999

3/01/2022

Budaya berperan terhadap identitas suatu Negara, begitu juga dengan peta konflik sosial, politik dan ilmu pengetahuan yang dimiliki suatu bangsa ini, melalui sumber daya manusia. Hal ini menjelaskan bagaimana suatu prinsip dari mereka hidup, makan dan minum dalam suatu sistem mata pencaharian dan pereburan ruang pertanian yang menjadi sandang, pangan dan papan di masyarakat.

Ketika sebagai budaya mereka hendak bukan siapa – siapa misalnya mereka secara kolektif  pada kehidupan sosial masyarakat Tionghoa, seperti berjudi, konflik sosial, dan lainnya menjadi identitas diri mereka pada masyarakat Tionghoa – Batak (Jakarta – Pontianak) di langsungkan pada rumah penduduk misalnya.

Hal ini menjelaskan suatu keburukan perkotaan, dan kehidupan sosial, hasil ekonomi politik, dan ketersesatan akal sehat dan kehidupan budaya mereka di masa lalu. Sejarah mencatat berbagai konflik sosial terjadi menjadi awal dari kehidupan beragama mereka di masyarakat, berdasarkan hasil rampasan, dan konflik kelas pekerja yang dilangsungkan.

Mustahil menjadi baik, tetapi biadab bedasarkan budaya yang menjadi indentitas budaya lokal pada masyarakat kelas menegah – kebawah menjadi imbas dari setiap peristiwa yang terjadi di masyarakat, 1999. 

Sementara itu menjelaskan bagaimana keberadaan mereka di masyarakat dalam melihat berbagai aspek kehidupan sosial budaya di masyarakat yang memiliki nilai dari psikologis terhadap aspek kehidupan budaya sosial di masyarakat.

Kehidupan Sosial, Kelas Sosial Pontianak

Sementara, itu dilakukan dengan sadar dan kesengajaan terhadap sistem kesehatan dan pengetahuan yang berulan pada masyarakat Dayak – Batak - Jawa - Melayu di Pontianak (kelas sosial menegah - kebawah). 

Hal ini menjelaskan bagaimana hasil genetika mereka muncul dalam sistem ekonomi politik di Kota Pontianak, pada masa Cornelis MH (sebagai petugas partai politik, mantan birokrasi) bagaimana hukum melihat persoalan tersebut di Indonesia, pada prespektif ekonomi politik.

Sementara, itu berbagai hal terkait dengan keburukan seorang pemimpin adalah menjadi wajah baru terhadap kondisi dan kehidupan sosial masyarakat di Kalimantan. Berbagai hal terkait itu juga, telah tercatat dari hasil pembangunan, perebutan kekuasaan, dan kebuasaan seorang Dayak di Kalimatan melalui budaya dan agama Katolik menjelaskan hal tersebut dengan apik.

Tembok kota, menjadi awal dari dasar dari kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat kota yang saat ini terjadi dengan baik, dari hasil pembangunan Jakarta sebelumnya, pada masa Kolonial Belanda – Jepang. 

Bersembunyi dibalik tembok agama, dan tidak bisa di perkotaan, makan berlanjut kehidupan mereka di pedesaan. Itu adalah identitas diri mereka, dengan adanya urbanisasi ekonomi perkotaan di Jakarta 2008.

Begitu berani, dengan seorang Gubernur dan tokoh agama di sini, akan sangat memahami iman dan keberadaan mereka dalam suatu peradaban perkotaan pada masa itu 1967 - 1999, dengan ekonomi pajak. 

Pengetahuan politik yang berdampak pada dalam dan luar negeri serta mengacau dan merencanakan konflik sosial pada budaya massa, media sosial di berbagai lingkungan dan wilayah yang ada di pusat kota di Jakarta dan Pontianak beralih profesi menjadi petani, peternak, kapal, pekerja, dan asisten rumah tangga sebelumnya kelas sosial biasa.

Kekejaman orang Tionghoa - Batak (Protestan - Budha - Katolik) terutama yang numpang tinggal di Pontianak - Desa, dengan biaya hidup diberikan, dan upah pekerja yang rendah memang berada pada kondisi konflik pekerja yang dibuat oleh para toke di pontianak, telah menjadi catatan terhadap ekonomi politik kota Pontianak. Hal ini menjelaskan bagaimana mereka hidup dan tinggal dan bekerja di Jakarta pada pusat kota itu.

Setelah berjaya sebagai buruh kapal, petani, pedagang, maka beralih pada birokrasi terhadap sistem politik Orde Baru Ketika itu di Pontianak - Jakarta, yang menjadi awal dari krisis ekonomi politik terjadi dengan kebrutalan orang tersebut.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close