Indonesia - pembentukan jati diri adalah suatu pengalaman menarik ketika berada dalam suatu masyarakat perkotaan di Pontianak. Disini, pembelajaran menarik mengenai Tionghoa Indonesia, maka akan lekat pada budaya dan agama.
Memahami peran budaya dan agama, menjadi penikmatan tersendiri
melalu kuliner, atau makanan masyarakat Tionghoa seperti babi. Kebetulan, sudah
bahkan apa itu babi dalam pandangan agama katolik. Jika hal ini menjadi penting
dalam memahami peran agama dan budaya, maka lekat dengan konsumsi masyarakat
Tionghoa disini.
Kali ini, yang penting dalam memahami budaya dan agama akan lekat
dengan spritualitas masyarakat, biasanya dalam suatu pergaulan akan ada yang
menyesatkan atau menyimpang pada ajaran agama Katolik.
Sementara itu, salah satu yang baik dalam memahami agama dan
budaya menjadi tempat dalam melihat berbagai persoalan konflik budaya melalui
makanan yang tidak lekat dalam makna pendalaman iman dalam suatu masyarakat
sebelum masuknya agama Katolik - Protestan di Kalimantan Barat.
Dalam suatu injil mengenai babi akan menjadi najis dalam masakan
yang tersedia, terutama bagi yang bermalam dalam suatu perjalanan di pedesaan,
Masyarakat Desa akan memahami bagaimana spritualitas menjadi awal dari
masyarakat Desa mengkonsumsi babi dalam kehidupan budaya sosial di masyarakat.
Ketika hal ini menjadi penting dalam setiap pengalaman iman, perjalanan goa dan goa maria akan sangat berbeda sesuai dengan pengalaman iman dan spritualitas di masyarakat setempat. Masyarakat Desa, akan dipahami dengan adanya model jati diri sebagai identitas mereka, terutama dalam suatu pandangan masyarakat yang memiliki spritualitas dan budaya yang berbeda.
Sementara, setiap pekerjaan
tangan menjadi penting dalam memahami tata boga misalnya bahwa makanan akan di
kerjakan pada olahan tangan yang baik tepatnya. Memahami masyarakat Tionghoa,
sebagai identitas budaya, akan lekat dalam suatu makna setiap pemahaman
konsumsi mereka ketika berdoa, atau perayaan iman.
Berbagai hal terkait dengan spritualitas dan agama yang lekat pada
kehidupan sosial dan budaya yang melekat pada penghormatan, atau bahkan ketika tidak
nyaman sudah di hidangkan, dalam suatu kondisi masyarakat budaya terutama
masyarakat adat yang masih lekat pada kebudayaan masyarakat adat Dayak –
Tionghoa.
Kajian buku mengenai sosiologi konsumsi akan lekat dengan adanya
pemahaman tentang agama dan budaya yang layak dipahami berdasarkan distribusi,
dan produksi, maka akan diketahui bagaimana proses tersebut mengalami tahapan
yang seringkali menjadi penting dalam sistem ekonomi masyarakat kota tepatnya.
Pemahaman agama atau spritualitas yang rendah, akan dipahami pada masyarakat non
Katolik, yang seringkali membangun ekonomi berdasarkan sistem ekonomi budaya
mereka yang tidak berbeda jauh pada masyarakat Dayak dan Tionghoa yang non
Katolik.
Suatu penelitian tentang iman (alkitab) akan penting terhadap berbagai sistem
konsumsi yang diterima, diberbagai perkembangan dalam suatu kebudayaan
Tionghoa, dan ini penting menjadi pengertian terhadap masing – masing budaya
dan agama.
Mungkin akan ada muncul suatu pertanyaan, kenapa pada masyarakat Desa masih mengkonsumsi daging babi, dalam kehidupan spritualitas dan budaya di masyarakat saat ini, khususnya di Kalimantan. Hal ini menjelaskan adanya tingkat ketidakpatuhan spritualitas yang masih rendah pada masyarakat disini, sehingga konflik etnik dan agama akan lekat pada suatu pandangan sosial yang berbeda.
0 comments