Sistem Pertanahan, Kota Pontianak – Kab Kuburaya

4/20/2022

Kuburaya - Memahami masyarakat kota Pontianak, berdasarkan sistem perkampungan desa, yang datang ke perkotaan untuk bekerja, berbudaya, ekonomi, dan lainnya. Ketika mereka hendak pergi dengan adanya aspek seksualitas maka berasimilasi dengan pendatang yang jauh ketika bekerja, seperti berbudaya dan agama kristiani Tionghoa Hakka - Dayak Hulu - Hilir.

Hal ini, menjelaskan adanya kepentingan ekonomi urbanisasi, dan moralitas dan etika mereka selama hidup di Pontianak, berdasarkan sistem pertanahan yang di rancang di kab. Kuburaya bisnis lendir. Dengan berbagai hal terkait dengan kepentingan bisnis lokal, guna bertahan hidup. 

Sementara,  langkah yang mereka ambil adalah memaksa untuk seksualitas. Padahal orangtua bukan siapa – siapa, hanya kalangan biasa, dan sistem masuk kelas sosial sebagai budaya makan orang. Menjelaskan adanya ketidaksenangan 2011. 

Maka,  dengan berbagai budaya dan agama yang mereka terapkan sesuai dengan aspek kehidupan sosial budaya, dan berlindung di tembok gereja katolik dan protestan, serta Islam Indonesia, di Pontianak - khusus.

Keterlibatan berbagai kalangan dapat dipahami dengan adanya moralitas mereka secara ekonomi, budaya dan agama di sini.  Berbagai konflik yang diciptakan dengan adanya ekonomi berbagai kalangan secara individu, kelompok, dan organisasi 1999, 2000 - 2008.

Masyarakat adat setempat atau asli, datang dan tinggal berdasarkan asimilasi budaya, akan berbeda dengan adanya kepentingan ekonomi - bisnis desa, yang berbeda dengan adanya kehidupan sosial masyarakat secara khusus diciptakan secara berbeda.

Ketika hal ini dijelaskan dengan baik adanya sistem pertanahan berdasarkan tempat tinggal, maka dikenal suatu perkampungan masyarakat yang datang berurbanisasi pada sistem ekonomi dan politik lebih baik ketika itu.  

Aspek kehidupan sosial ekonomi politik  melibatkan orang Tionghoa - Dayak Pontianak – Jakarta, karena kepentingan masing – masing kehidupan sosial mereka berdasarkan aspek budaya, misalnya bersosialisasi dan lainnya.

Menjelaskan pembangunan ekonomi masyarakat yang berbeda, dengan adanya konflik sosial - etnik 1967 - 1980 yang diciptakan setelah itu berlindung di balik tembok agama Kristiani protestan dan bertobat. Tanpa moralitas dan etika para kaum pribumi disini, terutama yang bertugas dan sebagai ahli bual dan ketidakjujuran pada orang biasa di rumah sakit swasta (Antonius) Pontianak Keuskupan Agung Pontianak.

Melalui pertanahan Kab. Kuburaya, nama yang tercatat kaum itu adalah Dayak – Ambon (orang Timur) - Tionghoa, hasil asimilasi budaya karekteristik malas dalam bekerja, terlalu banyak bicara jika datang kerumah. Hal ini dapat menjelaskan bagaimana kehidupan sosial berdasarkan sistem pertanahan terjadi. 

Pendidikan dan urbanisasi ekonomi pada masyarakat kota Pontianak pada tahun 1980an – 2008 oleh orang Tionghoa Indonesia - Jawa, menciptakan kelas sosial, perbudakan, dan buruh dengan upah yang ditetapkan pada kebijakan tetapi tidak baik menyimpang. Tanah memiliki peran bagaimana pertumbuhan batu, berduri dan firman dengan baik pada ketekunan.  

Suatu pemikiran Tionghoa, hendaknya akan menjadi berubah kita tidak hanya pada ekonomi, saja guna berteman, atau mengenai kaya dan miskin dinamis. Maka hal ini menjelaskan adanya perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat pontianak dengan baik adanya dalam suatu pengetahuan saat ini 2002, yang menyebabkan konflik etnik, ekonomi dan agama, di Jakarta.

 

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close