Kalimantan, Sistem pertanahan, akan di pahami dengan adanya ekonomi kolektifitas yang dibentuk oleh masing – masing kelompok. Misalnya dalam hal ini berbagai kepentingan ekonomi akan dibentuk berdasarkan aspek teriknya api yang mengundang bencana terhadap adanya lahan gambut yang terjadi, pada pertanahan dengan adanya aspek kesehatan.
Sedangkan dipegunungan yang berada pada kawasan diluar sistem
pertanahan, meliputi pegunungan, perbukitan serta berbagai persoalan konflik sosial etnik Dayak, akan
tampak dengan kerakusan dan kebuasaan yang hendak mereka konsumsi dalam hal ini seperti
pertokoan dan tata kelola.
Hal ini menjelaskan adanya sistem sosial budaya yang melekat pada
kepentingan ekonomi politik di Pontianak – pedesaan, yang berada pada kawasan
pertanian, perkantoran, dan perdagangan, yang tampak dengan aspek kepentingan
ekonomi sosial, di masyarakat.
Biasanya tampak pada kerakusan orang dalam hal ini, yang melanggar
berbagai etika dan moral yang begitu mendaki. Salah yang menarik dengan adanya
moralitas dan etika yang berada pada kawasan yang baik, dan sistem pertanahan
maka akan tampak pada wilayah mana mereka akan berdoa (kawasan pedesaan), serta kepentingan
ekonomi budaya mereka terapkan.
Suatu gambaran yang baik, terhadap persoalan konflik sosial,
etnik, dan agama kristiani disini, tentu adanya manusia yang ingin menguasai dan tidaknya
pada suatu nilai yang menjelaskan adanya penyadaran diri terhadap kepentingan
ekonomi, dan dimanfaatkan dalam setiap momen jelas adanya aspek kehidupan
sosial budaya di masyarakat dalam menjelaskan adanya perubahan hal ini.
Sosial Kolektifitas
Pertanian Pedesaan
Sistem pertanian kota yang dibentuk berdasarkan moralitas dan
ketidaksenangan pada ekonomi masyarakat Tionghoa hakka 1967 penduduk lokal tampak dengan ekonomi politik dan
pendidikan yang dihasilkan dalam hal ini menjelaskan adanya ekonomi Barat yang baik di Jakarta,
tetapi yang rakus dan tidak membenahi diri, serta ingin interaksi terutama pada masyarakat Orang pada agama yang
tiba – tiba dikenal atau tidak misalnya.
Pertanian dalam hal ini menjelaskan adanya perubahan secara
berkala dengan adanya moralitas dan etika ekonomi di terapkan pada pembangunan
manusia, dan moralitas serta etika masyarakat yang kerabkali ditinggal dengan
adanya masalah sosial budaya di masyarakat yang berlanjut dengan adanya
kebutuhan masyarakat lokal.
Hal ini menjelaskan adanya kepentingan ekonomi, dimulai dari aspek
rumah tangga, lingkungan kerja, dan lainnya yang menjadi faktor pendukung
adanya keributan yang berjarak adanya persoalan masyarakat pinggiran di
Pontianak.
Maka, dengan adanya moralitas dan ekonomi yang dibangun berdasarkan
aspek kehidupan sosial tentunya menjadi model pembangunan bagi setiap manusia
untuk memahami agama (dimanfaatkan dan memanfaatkan) dan moralitas yang dibentuk sejak dini hingga saat ini
terjadi 90an pada gereja - gereja berdiri sebelumnya terutama di Jakarta.
Ketika memahami berbagai hal terkait persoalan konflik sosial,
terutama pada sistem pertanahan, yang dipahami dengan adanya model moralitas dan
ekonomi sosial pada penduduk masyarakat pribumi yang memiliki perbedaan terhadap upaya
manusia menyadari sistem ekonomi pribumi, dan seksualitas yang mereka terapkan
diberbagai tempat, terutama di rumah tangga serta kota (perkampungan).
Urbanisasi Tionghoa pedesaan dan kota pontianak amat berbeda pemikirannya dengan masyarakat global yang menjemput berbagai hal terkait moralitas ekonomi dan
politik seksualitas (orang) pribumi, serta cara numpang hidup atau bertahan hidup yang dijalankan sebelumnya
menjadi awal dari kehidupan sosial budaya di masyarakat hingga saat ini
terjadi.
0 comments