Sistim Perdagangan Tionghoa & Kesehatan di Pontianak

8/10/2022

Pembangunan ekonomi dengan ambisi, yang terlibat dalam sistem pendidikan dan kesehatan di Pontianak, terutama pada universitas, telah menjadi catatan terhadap keberadaan kota dan manusianya, belum baik.  

Pada pembangunan manusia dan ekonomi budaya, yang turut dinamis terjadi, dan bermula pada perdagangan Tionghoa perkotaan rentang waktu 1940an - 2008, menjadi awal moralitas dan pengetahuan di Indonesia.

Seksualitas, diciptakan sebagai awal karena hasil pembuangan yang tidak menjadi apa – apa di Pontianak - Desa, terutama dengan kualitas pendidikan kedokteran yang rendah kualitas, dan kelas sosial pedesaan, serta lainnya dengan awal pembangunan ekonomi Tionghoa 1999 – 2011.

Pada tahun 2008 ketika ekonomi tumbuh di Ibukota Jakarta, dengan konflik etnik dan sosial, serta agama maka mereka berurbansiasi, dan dikasihani oleh pihak gereja Katolik, dan Kristen di Pontianak.  

Ragam budaya, dengan kepentingan ekonomi politik, menjadi awal dari setiap kebijakan yang diduga untuk menciptakan kondisi tidak kondusif dari ruang pekerjaan saya, akan sangat menarik sekali hingga saat ini, begitu juga dengan upah pekerja rendah di Pontianak 1990an - 2008.

Ekonomi sosial yang diciptakan mereka, dari hasil pembangunan di masyarakat, dan birokrasi di Kalimantan Barat, terutama bagi setiap yang naik Gubernur pada tahun 1960an Oevang Oeray, pada konflik etnik dan agama, yang berasal dari suku dan budaya mereka hidup yang ingin berkuasa di Kalimantan Barat.

Temuan menarik adalah ketika mereka hidup pada uang Indonesia, bagaimana mereka bekerja, dan menciptakan berbagai kepentingan dan kebutuhan dari masyarakat pedesaan, dimulai dari sekolah, kesehatan dan politik di Kalimantan, dan infrastruktur sebagai dulungan terhadap pembangunan nasional di Indonesia.

Catatan tersebut menjadi awal dari kehidupan pendidikan mereka sebagai orang buangan di Ibukota Jakarta, hal ini dapat diketahui berbagai data penduduk, dan KTP yang tertera dari ketidaksenangan manusia di Pontianak, serta ekonomi pembangunan hal ini ditemui dari kepentingan ekonomi urbanisasi sebelumnya dan perdagangan pedesaan masyarakat Tionghoa Hakka di sini.

Keberadaan masyarakat Tionghoa Lai Pontianak (notaris), Indonesia, dapat diketahui dengan adanya perusakan konsumsi (makanan) pada Negara bagian, yang memang menjadi catatan terhadap kesalahan sejarah hidupnya sendiri di Pontianak pada orang pribumi disini, memungkinkan ada konflik ekonomi sosial, dan lainnya. 

Hal ini tentunya menjadi awal dari peradaban orang Jawa (buangan) dan Tionghoa di pedesaan Pontianak - pedesaan, dan juga keterlibatan para imam di Indonesia, dan politisi (petugas partai politik PDI Perjuangan). Perusakan mental,  keuangan dan ekonomi ritel dibangun pada seksualitas kota Pontianak. 

Yang telah menjadi catatan terhadap upaya manusia, pada sistem Negara yang berbeda pada ekonomi asing, dan pemerintah lokal – Nasional terhadap upaya manusia untuk bertahan hidup. Informasi ini tentunya menjadi temuan ketika saya berada kondisi rill dalam suatu organisasi keagamaan katolik -- Kristen disini. 

Seperti gunung kudus yang habis dirampok oleh maling mengenai konflik dimasa lalu pada tahun 1940an di Pemangkat sekitarnya, dan bencana yang terjadi tidak berbeda jauh seperti terjadi di Kalimantan Barat pada mereka adalah orang lokal, hanya cara beragama ada yang memanfaatkan kondisi tersebut.

Ketelanjangan menjadi awal dari mereka terjadi dengan adanya pemerasaan kaum, informasi yang hendak pada sistem pertanahan yang di rencanakan dalam pembangunan Pontianak - pedesaan telah dinamis berubah. 

Maka secara kolektif menyerang, dan lainnya menjadi wajar dari setiap penggunaan bahasa, ekonomi, politik organisasi dan keluarga. Moralitas hilang pada Adat Tionghoa - Pribumi dengan adanya sistem ekonomi yang dibentuk di Pontianak, akan sangat berbeda pada ekonomi Barat. 

Apa yang dihasilkan dan di tinggalkan pada warisan, biasanya seperti itu, terutama pada rumah sakit, kebijakaan, dan pendidikan di Keuskupan Agung Pontianak (swasta – negeri).  Tempat mereka bekerja, dari hasil seksualitas. Setelah selesai mendapatkan yang dicapai, dari moralitas hilang pada kebijakan masing - masing pembangunan dari para guru, dari numpang hidup (univeristas Tangpura), pekerjaan orangtua mereka, dan pedesaan. 

Maka jelas bagaimana Tionghoa - kedokteran di Pontianak dan Kristen (orang) di MRPD, rendah penanganannya dan biaya terjadi pada tahun 2000, yang menghilangkan nyawa manusia (Orde Baru), Rumah sakit Antonius - Penjara lama di Pontianak. 

Hidup dalam ekonomi perdagangan yang dikonsumsi, penggunaan transportasi terutama jalur air sebelumnya (sungai - darat), dan konsumsi makanan. Begitu juga keterlibatan para imam (dimanfaatkan atau tidak berdasarkan imam), menurut saya  bahwa mereka telanjang dihadapan saya. 

Sederhana saja, berpikirnya pada sistem perdagangan ekonomi hulu - hilir, melalui jalur sungai dan hasil hutan di sini melalui perampasan dan perdagangan di masa lalu kolonial terjadi 1967 - 1999 kerusuhan dan krisis ekonomi, dan pelabuhan di sungai kunyi, panyai kijing dibangunan oleh presiden ke 7 Indonesia. 

Dengan kepentingan pedesaan ekonomi politik, pendidikan dan kesehatan di Keuskupan Agung Di Kalimantan Barat, dan birokrasi terutama pada pekerjaan orangtua dan tidak berkeluarga mereka. Perusakaan seksualitas dan moralitas dan pedesaan dapat diketahui ketika mereka hidup di pedesaan, berdasarkan dosa asal di masa lalu budha - konghucu. 

Yang pas - pasan pada pendatang berurbansiasi pada ekonomi, itu asal dari pembentukan kota - Desa Pontianak pada setelah kemerdekaan - mental hingga saat ini. dan ilmu pengetahuan, untuk masuk pada kelas sosial, tanpa menyadari persoalan ekonomi keluarga, dan kebutuhan. 

Pertobatan menjadi awal bagi mereka di Pontianak yang tinggal dengan rencana kehidupan dan agama dan penyebaran agama dan misi di Indonesia, serta seksualitas (rumah tangga), menjadi budaya konflik antara ketidaksenangan, dan ekonomi, serta teror ringan. 

Dalam sistem agama Islam, kristen dan katolik di Indonesia awalnya, bisa melalui pendidikan, dan kesehatan karena kepentingan politik, dan kebijakan yang saling menyerang secara kolektif, dan penyebaran agama sebelumnya, diketahui dengan adanya masalah manusia, hingga tidak diduga sebagai aksi kekerasan yang terjadi.

 

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close