Konflik Etnik Dan Politik Agama Setelah Reformasi 1999 di Indonesia

8/09/2022

Pada tahun 2022, tepatnya diantara kekerasan etnik dan agama memiliki kelangsungan terhadap perubahan sosial, manusia dan budaya terhadap masing – masing identitas individu, kelompok dan organisasi yang berperan terhadap pelestarian budaya yang memiliki peran penting terhadap kebudayaan lokal hingga saat ini.

Budaya dan agama memiliki peran penting terhadap setiap lingkungan, ekosistem serta perubahan manusia diantara konflik yang berkepanjangan persoalan manusia terhadap peran mereka di masyarakat, terutama pada istilah Chaos di masa lalu yang menjadi sejarah panjang mengenai seksualitas, dan konflik indetitas mereka di Kalimantan Barat pada tahun 1967 – 1999 di Pontianak.

Konflik agama dan etnik, yang semestinya menjadi baik diantara berbagai persoalan modernitas, tradisional, dan kehidupan budaya lokal yang seringkali menjadi awal dari kehidupan manusia terhadap hutan di Kalimantan menjadi metode kehidupan mereka terhadap alam, dan budaya mereka hingga saat ini, pada masyarakat adat di Indonesia.

Maka, dengan berbagai pengalaman yang menarik ketika persoalan wilayah adat, dan perbatasan Negara, menjadi baik mengenai adanya perubahan sosial yang berasal dari kalangan kelas sosial kebawah dan menegah. Suatu kejujuran yang baik, terhadap ekonomi masyarakat juga menjadi awal dari keberlangsungan mereka terhadap hasil hutan.

Pada tahun 2011 ini, keberlangsungan terhadap upaya manusia dalam melihat berbagai kondisi agama dan akademisi, mengenai ilmu pengetahuan menjadi awal dari kehidupan agama dan toleransi di masyarakat terjadi hingga saat ini. 

Hal ini menjadi batasan terhadap istilah persoalan sosial yang terjadi sebagai awal dari iman mereka terhadap keberadaan mereka dalam suatu agama yang berbeda. Pembagian ekonomi dalam hal ini menjadi batasan terhadap kepentingan agama masing – masing yang berada pada sistem pendidikan dan kesehatan yang menjadi pembangunan nasional suatu Negara. 

Maka dengan adanya persoalan agama dan ekonomi, akan memiliki perbedaan penting terhadap upaya manusia dalam melihat karakteristik manusia, dalam menempatkan diri manusia dalam identitas sosial di masyarakat.

Setelah usai konflik agama dan etnik, berbagai hal terkait identitas budaya di masyarakat 2008 di Jakarta, mengenai Rektor Universitas akan memiliki perbedaan dan budaya yang berbeda dalam suatu kebijakan dan birokrasi yang terjadi setelah Orde Baru dan revolusi, hingga saat ini menjadi awal dari kehidupan budaya disini terutama pada masyarakat Tionghoa Hakka, dan Dayak pedesaan, di Kalimantan.


0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close