Indonesia, pada tahun 2024 berbagai nama yang disebutkan untuk calon presiden sudah ditetapkan, akan berada pada sistem politik dengan basis politik Islam yang saat ini lemah, berbeda dengan politik dalam sistem agama lainnya dengan kepentingan ekonomi, pada masa ini.
Basis Islam sangat lemah sebelumnya, basis Islam akan baik ketika
di Sumatera, dengan adanya gerakan Islam di Indonesia, dengan modernis pada
tonggak penting dalam transisi Islam pasca – revolusi di Indonesia - miskin.
Pada tahun pemberontakan di Aceh 1948 di Madiun terdapat kesan
mendalam terhadap kepentingan agamis di Katolik, cara sederhana, metode
seksualitas dalam pernikahan, dan imam, serta untuk mendapatkan akses teknologi,
Negara maju, dan lainnya terhadap uang bank, demikian, yang tidak dasar diri
dengan keberadaan mereka di Indonesia.
Sosial politik menjadi awal dari kehidupan mereka yang lemah
untuk masuk pada basis katolik, dan Islam di Indonesia, dengan metode suka dan
duka, dan lainnya guna mendapatkan simpati, dan layanan publik seperti rumah
sakit, pendidikan dan kesehatan.
Celakanya, orang Tionghoa Hakka, tidak memiliki malu itu mengakses bagian bukan tempat basisnya, seperti teknologi, ponsel, dan kendaraan atau transportasi, bagi yang memiliki kepentingan politik Indonesia akan berpihak pada ekonomi, dan bisnis.
Begitu juga agama politik dengan adanya kebrutalan dalam Katolik di Indonesia, terutama dalam harga pendidikan dan ekonomi. Pengurus Katolik basisnya seperti miliknya Pribumi - Tionghoa, tanpa terkecuali orang Hakka dan Hokkien yang ingin ikut serta.
Dengan harga yang diberikan di Indonesia, cara Orang tersebut secara kolektif menyerang, dalam sistem pendidikan di Kalimantan barat - Jakarta, dengan adanya masuk Jawa di Katolik - non, Ini menjadi catatan dari hasil pendapatan, perumahan, dan transportasi, serta pendidikan di Kalimantan Barat.
Perlakukannya sederhana, guna kekerasan verbal di dalam gereja dan
rumah, seperti memaki (orangtua), dan ekonomi, serta lainnya di Katedral Pontianak, adalah
pendidik & bahasa itu terjadi dengan baik. Tionghoa Hokkien berurbanisasi ekonomi,
dan Hakka - Jawa kelas sosial di Pontianak.
Dapat menjelaskan kekerasan verbal yang anda buat dan dapatkan
menjadi awal dari kehidupan kriminalitas anda serta teknologi digunakan di MRPD
Pancasila (ideologi), termasuk kekerasan konsumsi makanan menjadi awal dari perkenalan
pada politik di Pontianak.
Bagi kelas sosial rendahan, dari hasil perebutan mata pencaharian, untuk ditemui dari konsep ditawarkan dari kehidupan budaya dan politik di gereja Katolik di Indonesia. Hal ini dapat dijelaskan bagaimana mereka hidup dan tinggal dalam sebuah nama mereka yang kotor.
Sistem Pendidikan St, Petrus, Gembala Baik, dan St. Paulus, sebuah catatan terhadap politik ekonomi, dan sistem dibentuk
berdasarkan penyingkiran, dalam ekonomi seksualitas –
Tionghoa Hakka, guna mendapatkan simpati misalnya.
Hal ini menarik sekali yang ingin mencoba – coba, dalam hal ini menjadi jelas bagaimana mereka hidup dan konflik etnik, seksualitas, yang dilakukan secara terencana, dengan etika dan moral yang menjijikan itu.
Menjadi temuan dilapangan, dan orang Batak pembuangan itu pembangunan manusia lokal yang dapat dijelaskan dari kriminalitas dibuat pada orang Tionghoa Hakka – Jawa – Hokkien di Pontianak.
0 comments