Revolusi Industri, Budaya Ekonomi Tionghoa - Pribumi di Indonesia

10/09/2022

Revolusi Industri – Jakarta telah ditetapkan sebagai kota global, penuh dengan persaingan terhadap berbagai aktivitas industry di Indonesia secara luas, dan secara khusus di Pontianak menjadi awal bagaimana sistem ekonomi terbentuk berdasarkan politik agama, dan seksualitas (tubuh) yang berperan dalam setiap kondisi kebuasaan dan spritualitas di dalamnya.

Pada tahun 2000 masih ingat pada masa reformasi mengenai runtuhnya ekonomi di Indonesia 1999, dan mahasiwa hanya tahu berdemo sesuai dengan kondisi ekonomi politik, dan peran mereka terhadap kebudayaan lokal, dan Nasional.

Pada awalnya, bagaimana mereka hidup pada sistem ekonomi Tionghoa Indonesia, yang meliputi pertokoan, dan perbankan, dan bukan perusahaan saja dalam hal ini, Terlihat pada tahun 2008 global ekonomi mengejutkan berbagai segmentasi dan karakteristik masyarakat pribumi terhadap kepentingan seksualitas, politik agama dan lainnya.

Agama kristiani di Indonesia -  Perbudakan, pemerasan terhadap Tionghoa - sesama, dan pengumpulan hasil hutan dapat dilakukan dengan peralihan seperti pengumpulan harta oleh kaum pribumi di Indonesia, seperti asimilasi budaya misalnya dapat diketahui. 

Dalam sistem, ekonomi, kelas sosial, dan lainnya yang menjelaskan bagaimana terbentuknya kota di sini (Pontianak) ditengah berbagai peristiwa sejarah Tionghoa Indonesia, dan pribumi di Kalimantan secara khusus.

Dinamika yang begitu dinamis pada sistem ekonomi di Indonesia, menjadi awal bagaimana dalam suatu wilayah terjadi perubahan kepentingan politik agama, dan sosial dalam teroris ringan dalam sejumlah tempat, seperti rumah ibadah terutama komunitas dan lainya atas apa yang terjadi di tempat asal misalnya Jawa dan Kalimantan.

Dalam pembangunan ekonomi Tionghoa di Indonesia, dan kaum pribumi menempatkan posisi ketidaksenangan, pemerasan dalam sistem birokrasi / tata kelola pemerintahan (pungli), dan perbudakan. 

Sementara,  hasil hutan yang diperoleh Tionghoa – Pribumi pada masa sistem Kesultanan – Jepang - Belanda dan kemerdekaan. Kemudian, distribusi konsumsi dirancang dalam kebutuhan sosial ekonomi di masyarakat seperti pasar 1980an - 2011.

Ketika hasil panen membutuhkan ekonomi atau uang yang lebih, maka mereka berurbansiasi dari desa ke kota besar seperti Jakarta, guna memperoleh noiminal dan pekerjaan yang layaknnya sebagai masyarakat perkotaan. 

Hal ini menjelaskan sistem ekonomi yang terjadi pada masa kehidupan sosial ekonomi di masyarakat di benah sesuai dengan harapan daerah seperti Kalimantan. Kepentingan ekonomi, beralih pada sistem pendidikan dan kesehatan. 

Sebagai pengetahuan dari masyarakat desa, dan kebutuhan tata kelola pemerintahan yang menjelaskan ada sistem politik agama dalam melihat kekuasaan dan spritualitas, dengan harga tetapi tidak layak secara medis dan pengetahuan atau standar sistem pendidikan dan kesehatannya.

Hal ini menjadi tempat bagi mereka yang telah bekerja dalam pemenuhan sumber daya alam atau yang bekerja di situ, dengan hasil panen diperoleh, meskipun akan ada tampak orang yang tidaksenang dalam hal ini, dan konflik yang muncul pada kaum mereka.

 

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close