Tionghoa – Spritualitas Dan Kebiadaban Pribumi Di Indonesia

10/16/2022

Jakarta – Pelajari Tionghoa Indonesia adalah bagaimana mereka berdagang menurut ajaran agama Kristiani, dan bagaimana mereka hidup pada sumber hutan, dan perkantoran di sini. Pribumi hasil dari urbanisasi ekonomi kota, dan dampak dari peristiwa seperti bencana alam, atas ulah manusia dan kehidupan budaya dan agama atau spritualitas yang rendah di Jakarta

Tidak hanya itu saja, pada persoalan pedesaan juga demikian, bagaimana mereka hidup sebagai awal kehidupan sosial dan mata uang yang diperoleh, sudah menjadi awal dari kehidupan mereka dengan budaya Barat – Indonesia.

Mereka sebenarnya tidak mampu bersaing dan berinovasi karena pengetahuan yang diperoleh dari politik kotor sejahat politik Indonesia berdiri pada tahun 1945. Hal ini menjelaskan adanya perubahan dan dinamika politik agama di Indonesia, yang berperan masuk karena ketidakpuasan atas status kelas sosial, dan kekayaan mereka di pedesaan.

Seringkali, moralitas ekonomi dan bisnis tidak berada pada posisi yang tepat, dengan adanya dagangan dan sistem ekonomi yang diterima berdasarkan impor – ekspor misalnya, dapat diketahui bagaimana kehidupan perkotaan, dan penggunaan serta pemanfaatan hidup mereka di masyarakat adat atau asli di Kalimantan.

Sementara, tuntutan global mempengaruhi pola konsumsi, gaya hidup, dan modernisasi yang menuntun kejujuran dalam ekonomi sosial, dan politik di tengah masyarakat. Pada tahun 2008 pada krisis global dan pengetahuan serta sumber hutan menghasilkan sumber daya manusia, dan kebuasaan masyarakat berurbansiasi yang merugikan lingkungan sekitar.

Persoalan tersebut, menyebabkan berbagai aspek kehidupan budaya, kesenjagan ekonomi, dan sosial, serta berbagai aspek pola kehidupan budaya di masyarakat adan spritualitas, atau dipahami dengan manusia yang begitu beradab atau tidak.

Sistem Spritualitas : Keuskupan Agung di Kalimantan - Pontianak

Sistem sosial ekonomi, akan berdampak pada kehidupan ekonomi politik, dan bagaimana mereka secara kolektif menyerang dan beperan dalam setiap kebijakan Nasional – daerah. Ketika apa yang dinikmati hingga saat ini, begitu merugikan orang sekitarnya, Tionghoa Hakka dan perdagangan dan pribumi menjadi babtisan mereka untuk bertobat, dan kehidupan sosial di masyarakat hingga saat ini.

Rasa tidak senang pribumi dalam setiap pekerjaan, dapat digunakan pada sistem penugasaan kerja, dan ekonomi daerah pada sistem birokrasi, dan kelompok masyarakat dan spritualitas tampak dari kehidupan kolektif mereka di masyarakat Kalimantan, secara khusus di Ibukota Kalimantan Barat.

Merancang atau menciptakan kebusukan mereka dihadapan orang atau rakyat di Indonesia. Itu yang terjadi hingga saat ini, pada sistem ekonomi dan bisnis, politik agama menjadi awal dari kemalasaan kaum pribumi pada sistem pertanian, dan perusakan mental, dan kehidupan yang kotor di pedesaan Tionghoa Indonesia, Dayak – Melayu (orang) - Kesultanan.

Sementara, karekter yang ngotot dan memaki pada posisi masyarakat Tionghoa Hakka – Jawa tidak berbeda jauh mengenai kebuasaan mereka di masyarakat, dan aspek kemarahan mereka terhadap peristiwa konflik etnik di Kalimantan Barat terjadi pada tahun 1999 Tionghoa – Dayak 1967, dan Dayak – Madura 1999, dan Ambon bertepatan pada krisis ekonomi di Jakarta.

Tidak memiliki rasa budaya malu hingga saat ini pada mereka, terutama pada kawasan pedesaan, yang berasal dari bencana dan kebiadaban manusia hewan di Indonesia. Mereka tidak akan suci karena diketahui bagaimana mereka hidup berdasarkan drama kehidupan sosial untuk memanfaatkan dalam aspek hukum di Indonesia.

Kekerasan agama terjadi pada kaum pribumi, apalagi yang berpura – pura baik, pada pekerjaan mereka sejak birokrasi (Lai) dan Tionghoa Hakka di pedesaan berasal. Pada masa Orde Baru menduduki dukungan asing seperti Amerika Serikat sebagai awal dari ekonomi politik terjadi seperti di Ibukota Jakarta hingga saat ini secara khusus untuk berdagang. 

Dengan moralitas ekonomi untuk semakin kaya, tanpa moral, dan malu dan agama di Indonesia yang menyertai bangsa di Indonesia. Perjuangan terhadap kaum, tetapi merugikan orang lain, sebagai adalah karekteristik orang Indonesia secara khusus berdasarkan agama kristiani dan Islam di Indonesia. 

Selalu memanfatka setiap momen, mengundang simpati teutama (Orang Jawa), tidak memiliki malu memang karekternya.  Dinamika sosial akan berperan terhadap ketangguhan mereka dan cara hidup mereka di masyarakat yang penuh dengan moralitas dan kesucian. Biasanya orang tidak senang akan jail pada wilayah pedesaan, atau menggangu spritualitas. 

Sederhana saja hal tersebut seperti di Pontianak, atau merencanakan kemiskinan  melalui survei dan penelitian bagi Pribumi - Tionghoa di Indonesia.  Itu pada hukum di Indonesia, mereka adalah kriminalitas begitu juga tokoh agama, atau yang dibayar pertobatan - janji babtis dapat diketahui pada aktivitas kriminalitas kaum mayoritas - minoritas  dan agama  nasrani Indonesia.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close