Pengetahuan & Konflik Kerusuhan 1999

12/01/2022

Pontianak - Konflik 1999 dan tragedy, buku dan membuka jendela terletak diantara tirai berwarna pink hendaknya berdoa dan bersyukur telah diberkati dalam kehidupan sehari – hari. Ketika itu juga berbagai hal terkait dengan budaya lokal disini, Pontianak akan memiliki perbedaan tentang diskriminasi, rasial, dan lainnya.

Sementara, ketika hendak bergaul akan tampak manusia yang berkerumun sekitar kawasan kota, saya melintasi saja dengan kendaraan roda dua saat ini, sport lagi (CS1) - Sepeda. Hendaknya mengamati dan melihat aktivitas Tionghoa Hakka berdagang, disitu ekonomi - kekuasaan pontianak berlangsung.

Jika diketahui bagaimana kebutuhan manusia lebih banyak pada konsumsi yaitu pangan, maka bagaimana kebutuhan lainnya seperti sandang dan papan yang hendak diperoleh oleh manusia disini. Seringkali, hal ini dilupakan manusia karena gaya hidup tidak sesuai dengan history keluarga telah jelas.

Setiap manusia akan diperoleh bagaikan hidup manusia diantara lain yang berasal dari kalangan menegah atas tentunya. Diantara manusia buas yang memiliki kedudukan, kekuasaan, kekayaan, dan sisi lain diantara manusia atau binatang.

Pontianak, dalam hal ini hanya bisa berubah, maka agama menempatkan posisi mereka dalam setiap perintah Tuhan dan kebijakan Negara. Narasi yang baik, akan tampak diketahui dengan adanya model kehidupan di masyarakat primitif dan modern, untuk dipahami bagaimana mereka hidup sesuai dengan karakteristik masyarakat hingga saat ini.

Tahun 1999 menjelang ketika hampir usai reformasi di Jakarta, dan krisis ekonomi, sedangkan di Pontianak kebutuhan konsumsi masih diperoleh dari bantuan pemerintah dan ketika itu sekolah saya Negeri 12 Tahun SD - SMU Kristen Abdi Wacana, serta kesehatan saya ketika itu masa kecil di TK Karitas, Pontianak. Ponsel difungsikan untuk sekolah digunakan pada ketika SMU. 

Sedangkan, untuk biaya pada beasiswa RI - masuk Open University Of Indonesia - Science standar Internasional baru biaya sendiri 2013 yang diketahui. Hendak dikata bahwa jelas bagaimana kehidupan agama kristiani dan non kristiani, serta toleransi terletak pada manusia yang memiliki wewenang ketika itu tidak begitu baik menurut saya.

Siapa sangka kalangan birokrasi memperlakukan orang seperti itu, padahal mereka berada pada pekerjaan mereka sebagai binatang yang begitu buas ketika itu, dengan konflik diciptakan terjadi.  Seperti dewa judi, bisa berubah. 

Dengan persoalan dapur tentunya hanya Tuhan yang bisa menology dengan orang yang hendak bermain, atau memeras tidak berbeda jauh dan dikasihani. Atau direncanakan oknum atau pribumi - Tionghoa Hakka di Pontianak - Kapuas Hulu - Hilir Dayak, dan kekerasan serta teror gereja Katolik di Indonesia dan sekolah Negeri dan Swasta Pada Tahun 2000, tanpa disadari terjadi.

Oh tidak ternyata, pada tahun itu juga Tionghoa Hakka disini, masih dengan sistem ekonomi - bisnis Indonesia mereka meliputi hasil hutan, pertanian, dan laut saja. maka numpang hidup, kolektif dengan  membenahi diri pada ekonomi Barat mesti berurbanisasi ke Ibukota Jakarta lebih tepat terjadi. 

Sementara, bekerja atau mencari dana segar seperti utang di bank melalui uang nasabah sudah pasti, dengan menggadaikan asset mereka, dan bagaimana Tionghoa Indonesia hidup dan tinggal disini, berbeda pandangan dan prespektif pada kehidupan primitif atau pedesaan.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close