Kalimantan, kehidupan sosial budaya masyarakat adat – Tionghoa Hakka di Kalimantan, menceritakan berbagai kebudayaan lokal dan migrasi masyarakat Tionghoa Hakka, dan Suku Arab yang bermigrasi berdasarkan mata pencaharian masyarakat suku Tionghoa Hakka.
Masyarakat adat Dayak yang hidup dikawasan hutan dengan pohon yang
besar, dan bekerja sebagai Nelayan, petani, dan pemerintahan itu tentu
menjelaskan adanya perubahan ekonomi budaya dan sosial yang berasal dari
kalangan kelas sosial menegah.
Hingga saat ini, berbagai kalangan dengan etika dan moralitas yang hendak dipahami dengan adanya budaya lokal yang berasal dari masyarakat adat Dayak suku Di Kalimantan, yang tinggal di Pontianak adalah masyarakat adat suku Dayak Iban, Ahe, Bekatik.
Sedangkan penyabaran masyarakat adat suku Dayak Pedalaman, Sintang dan Kapuas Hulu berasimilasi budaya dan seksualitas pada wilayah Kalimantan barat, tepatnya bagian Timur seperti NTT, Ambon di Indonesia berdasarkan bahasa yang
digunakan, dan berasal.
Percepatan Bisnis Di Kalimantan
Tinggal dikawasan hutan, tentunya terjadi kemiskinan spritualitas,
pengetahuan, dan kelas sosial yang berasal dari kebudayaan lokal, dan tradisional
di masa lalu, oleh nenek moyang mereka pada tahun 1880an – 1930an, Kapuas Hulu,
Kalimantan Barat. Pengenalan agama katolik mulai dibawah sejak tahun tersebut
hingga ke masyarakat kota Pontianak.
Perjalanan injil agama katolik menjelaskan adanya perubahan dinamika masyarakat adat di Kalimantan Barat, terutama di Pontianak, dengan persoalan sosial budaya dan agama kristiani tentunya memiliki pemahaman mengenai dinamika sosial dan budaya yang pluralisme.
Perlahan injil memperkenalkan agama katolik melalui sekolah swasta dan negeri berdasarkan pendidikan kristiani yang sudah di dirikan di bumi Kalimantan, oleh misionaris Belanda ketika itu.
Sedangkan bisnis dan ekonomi
lebih terjadi percepatan di Kalimantan ketimbang di Pulau Jawa mulai saat ini. Perlambatan, hingga berbagai daya beli masyarakat yang kurag terjadi, mengakibatkan urbansiasi terjadi di Ibukota Provinsi, dan Negara.
Birokrasi, dan Pembangunan RI
Jakarta, maka dengan adanya bisnis dan ekonomi yang berurbansiasi ke Jawa,
tepatnya di Jakarta, menciptakan padat penduduk, dan mental yang rusak pada
masyarakat kota hingga saat ini, Untungnya tidak terjadi konflik etnik yang
terjadi pada tahun 1999 di Pontianak agar tidak terulang kembali.
Untuk memahami berbagai hal terkait dengan pertumbuhan ekonomi,
konsumsi, dan budaya tentunya memiliki ragam masyarakat kota yang lebih baik.
Ketika cara hidup sederhana diterapkan berdasarkan budaya yang masuk dalam
kehidupan sosial masyarakat Tionghoa – pribumi.
Agama Islam dalam hal ini, terlebih lagi dipahami sebagai bagian
dari kehidupan agama mereka sebagai kebijakan berdasarkan hukum Tuhan tentunya
akan mengalami berbagai perubahan dalam hidup mereka, tentunya melalui
seksualitas, ekonomi, dan konsumsi, serta gaya hidup.
Sejarah birokrasi menjelaskan adanya korupsi, dilingkungan birokrasi, politisi, dan diberbagai daerah di Indonesia, serta aspek penting dalam pembangunan ekonomi RI oleh Tionghoa Indonesia, dan Pribumi disini.
Takut akan Tuhan, menjadi baik dalam setiap pekerjaan tangan manusia yang hendak diketahui dengan kehidupan moralitas dan etika yang mereka rencanakan dengan merugikan orang lain dan sekitarnya. Hal ini menjelaskan berbagai hal konflik yang diduga sengaja dilakukan atau di rencanakan berdasarkan agama Katolik - non kristiani di Indonesia.
0 comments