Jakarta, wilayah yang akrab diketahui dengan hutan yang lebat, dan kemiskinan rakyat disini. Berbagai hal terkait dengan Tionghoa Indonesia dan hasil seksualitas, serta penyingkiran kekuasaan oleh masa birokrasi dan bisnis pada tahun 1970an telah terbukti dilakukan oleh sekelompok orang dalam hal ini.
Bisnis perhutanan ketika itu dilakukan oleh orang Tionghoa Hakka,
disini dan urbanisasi ke Jakarta sebagai jalan dari hidup untuk perubahan
hidup, baik sebagai karyawan bank, pedagang, pendidik dan tenaga medis yang
berasal dari masyarakat Jawa – Tionghoa dan Dayak di Indonesia, pada birokrasi
masa itu.
Jika pada masa Orde Baru dapat diketahui dengan baik, adanya
perubahan politik terjadi, dengan Presiden Soeharto, maka sebagain penguasaha
yang non birokrasi dan Tionghoa bermigrasi ke Negara kaya, untuk mendapatkan
pekerjaan yang baik, melalui gereka katolik dan Protestan.
Maka, dapat diketahui kemiskinan yang diakibatkan dari politik
etnik, dan spritualitas yang ada di masyarakat adat dan asli. Jakarta, tentunya
memiliki persaingan global yang berasal dari perusahaan dan sumber daya
manusiam yang tidak mampu ditandai dengan revolusi Industri dan Mental.
Kebiadaban masyarakat Dayak dan Tionghoa Hakka, di Kaliamantan dan Jakarta telah menjelaskan kekerasan yang terjadi, dan tidak malu orang Batak dan Tionghoa di Jakarta, untuk menyebutkan nama Presiden RI 7 Jokowi.
Memungkinkan sebagai bentuk penggalangan dana, dan bisnis di Ibukota Jakarta, Marga Lim dan Lai Notaris di Pontianak ketika itu, pada tanggal kematian keluarga itu. Hidup miskin dan pekerjaan rendahan baik sebagai birokrasi dan pengusaha lokal.
Telah menjelaskan berbagai hal terkait moralitas dan etika dalam berekonomi, melalui alat tukar hal ini disampaikan dengan baik, berbagai kepentingan politik, dan kebiadaban hidup di Pontianak, dan gereja katolik adalah (Orang), dan kondisi hidup di masa lalu tepatnya pada masa Kemerdekaaan RI - hingga saat ini.
Jika diketahui bagaimana hidup, mereka terhadap hukum di
Indonesia, telah jelas bagaimana kekerasan yang dilakukan oleh orang Tionghoa
Hakka di Pontianak, terhadap marga bong pada rumah (djan) sebagai militer di
Jakarta. Hal ini dilakukan oleh orang Tionghoa Hakka, dan Melayu saat ini
sebagai RT di 002 dari kriminalitas hidup disini.
Orang Dayak – Tionghoa, tanpa malu jika ingin membeli barang atau
kebutuhan pokok, dengan harga ditetapkan, tetapi kurang untuk membayarnya hal
ini jelas terjadi dilingkungan gereja katolik, MRPD, temuan itu begitu menarik,
dihadapan public, dan kelas sosial yang terjadi serta bisnis kotor orang biasa
atau kalangan kelas sosial biasa.
0 comments