Condet

10/10/2011

Condet terletak di wilayah Jakarta Timur, kecamatan Keramat Jati yang terdiri dari tiga kelurahan, yaitu kelurahan Kampung Tengah, Bale Kambang, dan Batu Ampar. Kini Condet mengalami banyak perubahan yang begitu pesat dari infrasturuktur, Sumber penghasilan masyarakat, maupun jumlah penduduknya. Gambaraan Condet secara umum sebelum 1950an sampai 1970an seperti kampung yang sepi, dengan lahan begitu luas yang dapat digunakan untuk berkebun , ladang , dan tempat bermain anak-anak.

Kampung Condet ketika itu jalannya masih beralaskan tanah dan banyak perpohonann yang tumbuh disekitarnya, masyarakat Condet hidup penuh keterbatasaan dengan perekonomian yang rendah dengan rumah khas Betawi sederhana, lantai yang masih beralaskan tanah, dinding dari kayu, jendela bambu, tidak ada listrik dan makan seadanya.

Kemudian halaman rumah penduduk Condet dikelilingi pohon buah-buahan dan lahan yang kosong, sehingga tidak heran lagi banyak tumbuh buah-buahan yang beraneka ragam, seperti rambutan, salak, duku, kecapi, durian, gandaria, papaya, jambu monyet dan melinjo , kemudian Condet lebih dikenal dengan Salak dan duku. Sepanjang jalan Condet dikelilingi pohon salak, sehingga kiri-kanan ditepian jalan daun-daunnya berbentuk seperti terowongan. 

Petani Condet menjual hasil buahnya biasa 600 – 1000 rupiah, jika eceraan 100 – 200 rupiah, kemudian dijual pingiran sekitar jalan raya Condet, dan di pasar, seperti Keramat jati, Pasar Minggu, dan Jati Negara. Pada saat itu, petani Condet membawa hasil panen buah-buahanya dengan cara memikul sambil berjalankaki dengan jarak berkilo-kilo meter, ketika itu masyarakat Condet yang memiliki sepeda sangat terbatas, dengan jalan yang tidak memadai tak membuat petani Condet mengeluh.

Pagi-pagi dan gelap sekitar pukul 4 subuh, petani Condet sudah berangkat kepasar untuk menjual buah dagangannya . Terkadang sulit juga untuk menjual habis dagangannya, sehingga ada yang berangapan jual daun pisang lebih cepat habisnya ketimbang buah, karena saat itu daun-daunan seperti daun pisang dimanfaatkan untuk membungkus makanan, sedangkan yang bukan petani buah hanya memanfaatkan lahan kosong dengan menanam pohon buah-buahan, sehingga ketika musim panen hasil buahnya ada yang dibagi-bagikan kepada keluarga, tetangga atau pun dikonsumsi sendiri.

Bila tidak ada musim buah-buahan mereka ada yang bekerja sebagai, kuli bangunan, sawah, emping, dagang kecil-kecilan atau mikul, dan tukang kayu / bata, karena penduduk Condet tidak hanya mengandalkan lahan perkebunan. Sebelum 1960an sampai 1990an, lahan perkebunan masyarakat Condet berkisar 600-2000 meter , tapi lahan-lahan mereka tidak bertahan lama hingga saat ini. Kebutuhan yang semakin meningkat dan lapangan pekerjaan belum ada seperti sekarang ini, menjadikan saat itu penduduk Condet, untuk mendapatkan uang caranya menjual lahan perkebunan kepada para pendatang.

Dulu lahan di Condet masih relatif murah, 100 meter sekitar puluhan ribu, tidak seperti sekarang ini bisa ratusan ribu bahkan jutaan permeternya. Dari hasil penjualan lahan ada yang digunakan untuk kebutuhan keluarga sehari-hari, seperti sekolah anak-anak, perkawinan untuk mas kawin atau untuk biaya pesta, naik haji, lalu mendirikan rumah baru bagi anggota keluarga yang semakin besar, dan ada yang mendirikan kontrakan, semua hal ini menyebabkan keluarga-keluarga pemilik kebun salak atau buah lainya tidak ragu-ragu membabat kebun salaknya untuk didirikan rumah baru.

Dengan keputusaan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No : IV-1511/e/3/74 tanggal 30 April 1974 tentang penetapan Kampung-kampung yang diperkembangkan /diperluas dan yang tetap dipertahankan sebagai daerah tempat tinggal baru di wilayah DKI Jakarta, telah menimbang bahwa : 

Berdasarkan Keputusaan Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta tersebut, kampung Condet, Jakarta Timur merupakan kampung yang diperkembangkan secara terbatas dengan tetap mempertahankan sebagai daerah buah-buahan. 

Kampung Condet secara Historis dan hingga sekarang masih tetap sebagai penghasil buah-buahan di Wilayah DKI Jakarta Guna kelangsungan dan untuk melindungi kehidupan kampung/daerah tersebut, khususnya patra petani buah-buahan dipandang perlu untuk mengamankan daerah tersebut sebagai daerah penghasil buah-buahan di Wilayah Jakarta. 

Dari pertimbangan-pertimbangan dari Keputusaan Kepala Daerah pada zaman Pemerintahan Gubernur H. Ali Sadikin , yang dulu pernah menetapkan wilayah Condet sebagai Cagar Budaya, dan timbul keinginan pemerintah wilayah Condet dilestarikan, tapi pemerintah DKI Jakarta tidak memikirkan, bagaimana biaya perawatan untuk wilayah tersebut, sedangkan mata pencaharian penduduk Condet tidak menentu. Sehingga untuk kelangsungan hidup mereka, dengan segala keterbatasaan dan kekurangan, menjadikan para petani maupun yang bukan petani seutuhnya tidak ragu-ragu menjual lahan perkebunan, dan membabat kebun mereka untuk para pendatang untuk kebutuhan keluarga.

Informasi yang telah didapatkan dari beberapa informan, bahwa pada 1980an sampai 1990an, para pendatang mulai mencari lahan – lahan kosong terutama di Condet untuk tempat tinggal, berdagang, ataupun mendirikan banguanan-bangunan sebagai pusat ekonomi, para pendatang ada yang berasal dari berbagai suku maupun agama yang berbeda , ataupun dari Betawi dan non betawi yang mengalami pegusuran karena gencarnya pembangunan di wilayah Kuningan, Tanah abang, dan Senayan. 

Sekarang ini masyarakat Condet tidak memiliki lahan, semua dipadatain dengan rumah-rumah seperti pemukiman, dan dikelilingi warung, supermarket, tempat sampah, sekolah, sedangkan penduduknya bekerja sebagai tukang sayur, karyawan, ojek maupun pegawai negeri. Petani-petani buah sudah tidak lagi terlihat apalagi perkebunannya, karena perkembangan zaman semakin maju, lapangan pekerjaanpun sudah tersedia, menjadikan Condet tidak seperti dulu. Kini masyarakat Condet lebih mudah, mendapatkan kebutuhannya, seperti sekolah, makanan, infarstuktur yang mendukung, teknologi, kendaraan maupun lainnya yang menjadikan Condet lebih terlihat berbeda.

Akibat dari hal tersebut, kini Wilayah Condet tidak tertata dengan rapi, kepadatan rumah-rumah penduduk tidak teratur menjadikan Condet seperti pemukiman, jalan-jalannya yang naik turun , kecil , saluran air kotor dan terbatas, cuaca panas ,dan akses pembuangan sampah menjadi sangat sulit . Dari hal-hal seperti itu akan berakibatkan Condet di kemudian hari yang tidak dapat dipikir sebelumnya.

Oleh karena itu, dari semua perubahan-perubahan mengenai Condet, ada yang berangapan bahwa lebih baik dulu dari pada sekarang karena dulu Condet dipenuhi dengan buah-buahan dan lahan-lahan kosong yang dapat dimanfaatkan untuk berkebun dan tempat bermain. Tapi sekarang untuk kebutuhan lebih mudah untuk mendapatkan ketimbang dulu, sehingga untuk memenuhi kebutuhan mereka harus bekerja tanpa lahan-lahannya lagi sehingga hanya mengandalkan mata pencaharian utamanya.

Sumber Air Dan Kondisi Masyarakat Condet 

Mengenai sumber air di masyarakat Condet, serta aktivitas manusia / limbah rumah tangga yang menjadi akibat hilang nya kebun buah-buahan juga menjadi dampak perubahan ekologi di wilayah Condet. Dengan berbagai pembangunan disetiap tahunnya, menjadi sulit dihentikan pula. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa salah satunya akan menjadi pengaruh lingkungan terhadap kondisi air.

Air memang penting untuk kebutuhan hidup yang tinggal didalamnya. Tanpa air manusia tidak dapat hidup, begitu pula dengan yang lainnya. Lingkungan yang bersih dan terjaga akan menjadi prioritas penting untuk lingkungan yang sehat. Saling keterkaitan satu dengan yang lain, merupakan tugas manusia untuk menjaga kondisi lingkungan tempat kita tinggal.

Pada 1970an Condet masih sebuah perkampungan yang belum mengalami perubahan. Seperti di kampung tengah masih banyak kebun di jalan kecil menuju indomaret, sekitar jalur kiri menuju jalan kebawah juga ada empang dan sawah.

Karena wilayah ini masih banyak kebun, Seperti halnya air, ketika itu, penduduk Condet untuk mendapatkan air mereka harus mengali tanah dibelakang rumah , dengan kedalaman 10 meter bahkan lebih , dan menjadikan lubang itu disebut sumur, dan ketika itu tidak sulit untuk mendapatkan air, karena setiap rumah memiliki sumur. Disekitar tempat tinggal , banyak kebun yang sangat luas dan bermanfaat untuk sumber air yang dimilikinya. Kegunaan air sumur sering kali digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti mandi, mencuci, memasak bahkan air sumur bisa mereka minum tanpa dimasak. Kejernian air di Condet tidak membuat kekhwatiraan bagi mereka, Karena masih jauh dari sampah. 

Meskipun begitu, kini Condet mengalami proses perubahan yang menigkat, sekitar 1980an hingga sekarang mereka tidak mengunakan sumur, melainkan mengunakan pompa dan, kemudian mesin. Perubahan-perubahan tersebut juga mempengaruhi kebun yang mereka miliki. Dari lahan yang begitu luas, kebun buah-buahan seperti rambutan, salak, dan lainnya, kini semakin tidak tampak.

Hal ini dapat menyebabkan penurunan kualitas air, karena kebun-kebun yang ada seharusnya membantu untuk menambah kulitas air dan ketika hujan sebagai proses penyerapan. Namun , sayangnya kini menjadi beton-beton yang lebih indah dibanding kebun, hal ini tidak disadari bahwa sekitar lingkungannya selain membutuhkan air , juga memerlukan lingkungan seperti kebun yang juga bermanfaat untuk air. Namun, karena ambisi yang terus menyelimuti manusia, sehingga tidak dapat dihentikan, dan tanpa memikirkan hal tersebut,s kemudian rela pula merusak lingkungannya.

Sehingga , apakah perubahan zaman membuat manusia lupa dengan keterikatan dan menjadi suatu alasan? Tidak dapat dielakan lagi, jika kebutuhan yang perlahan semakin meningkat menjadikan manusia tidak memikirkan sekitarnya karena kebutuhan yang ingin serba modern dan praktis menjadikan kondisi lingkunganya tidak seimbang . Meskipun masyarakat Condet dan wilayah lainnya mendapatkan air, namun kualitas, kebersihan, kesejukan air tidak akan didapatkan lagi seperti sebelumnya. Seperti limbah rumah tangga, dahulu mereka hanya membuat comberan yang lumayan besar, kemudian air diserap oleh tanah. Kemudian, dulu sampah-sampah belum banyak seperti saat ini, ketika itu, jika ada ampas nasi, dan sayuran ada yang mematuknya yaitu ayam. Kini seekor ayam pun tidak ada yang terlihat. Limbah rumah tangga semakin meningkat, tapi kapasitas selokannya kecil bahkan terlihat kering. Kalau hujan terjadi seperti wilayah lainya. 

Sementara itu, dikali juga terlihat sampah yang mengapung-apung akibat aktivitas manusia yang serba praktis. Tentunya hal ini sangat memperhatinkan, jika perubahan zaman menjadi dampak untuk lingkungan. Jika terus menerus seperti ini akan menjadi sulit untuk mendapatkan air bersih. Kemudian apakah setiap proses perubahan zaman ini dapat dikatakan aktivitas manusia yang tidak menjaga kondisi lingkungannya? Setiap aktivitas manusia tidak jauh dari apa yang dilakukan untuk merusak lingkungan terutama air, bahkan akan berdampak pula terhadap pola konsumsi manusia, kemudian akan mengangu kesehatan tentunya.

Seperti tampak sekarang ini, dengan ambisi untuk memenuhi kebutuhan, kebun dibabat habis tak tersisa, kemudian akan berdampak untuk kondisi air dan lingkungan sekitar, seperti hal nya air saat ini dicemari dengan bermacam-macam sampah hingga membuat kondisi air mengeruh bahkan menjadi hitam dan bau. Dimana-mana orang mengatakan air begitu penting untuk setiap yang hidup di dunia ini, Namun orang-orang yang hidup di dunia ini tidak menyadari betapa penting air untuk dijaga dan dilindungi. 

Maka, hal ini terus menjadi bagian terpenting untuk perhatian pemerintah dan masyarakat Condet, agar bersama-sama mengontrol aktivitas manusia agar tidak berlebihan, kemudian menjalankan tugasnya untuk menjaga kondisi air tetap terjaga, dan digunakan pula, kemudian menghentikan pembangunan yang dapat merusak lingkungan Condet seperti kebun yang tersisa dibeberapa tempat agar terjaga . Karena jika tidak diperhatikan akan menjadi akibat buruk untuk wilayah Condet untuk mendapatkan air bersih, apalagi pemukiman limbah rumah tangganya tidak seimbang dengan apa yang kita lihat. 

Manfaat Kebun Terhadap Air

Mungkin ada yang bertanya , apakah penting kebun untuk lingkungan? Kebun dapat menjadikan rumah kedua kita, jika bosan didalam rumah, kita dapat menikmati keindahan kebun disekitar. Seperti dahulu Condet yang kaya akan kebun buah-buahan, adanya kebun buah-buahan sangat membantu setiap proses kebutuhan manusia maupun sekitarnya, terutama air. Fungsi kebun disekitar lingkungan tempat tinggal, merupakan suatu hal yang sangat menarik, disamping kebun buah-buahan seperti rambutan, salak, dan duku . akar nya berfungsi sebagai penyerapan sehingga tidak menimbulkan endapan air atau dapat menghindar banjir.

Disisi lain juga beguna untuk pertumbuhan kebun buah-buahan, kemudian kebun yang ada di Condet juga menjadi proses untuk membuat air menjadi sejuk jika diminum dipagi hari. Karena, dahulu penduduk Condet untuk minum air disumur, terlebih dahulu ditimbak, kemudian air diisi dalam tempayan yang terbuat dari tanah, kemudian diletakan didepan rumah, sehingga air tersebut sejuk dengan embun dipagi hari.

Banyak yang dapat kita perbuat untuk tetap menjaga lingkungan. Lingkungan sekitar memiliki keterkaitan yang sangat erat untuk kebutuhan manusia begitu juga dengan sebaliknya. Dimana, kita saling membutuhkan, menjaga, melindungi dan memelihara lingkungan, menjadi dampak yang positif pula untuk kesehatan sekitar tempat tinggal atau wilayah yang ditempati. 

Oleh : Djan Noveria, Ketika berkunjung (2011).






0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close