Kehidupan sosial masyarakat Tionghoa, yang lekat dengan perdagangan telah dimulai sejak masa kolonial Belanda. Hal ini menjelaskan berbagai aktivitas perdagangan, dan aktivitas sosial terjadi di perkotaan Pontianak.
Ekonomi perkotaan, akan lekat dengan perdagangan masyarakat
Tionghoa, termasuk dengan adanya bangunan tinggi pada masa Belanda, hingga saat
ini. Yang baik adalah ketika berbagai aktivitas masyarakat Tionghoa akan lekat
dengan budaya perkotaan di masyarakat pribumi dan Tionghoa.
Persoalan yang lekat dengan masyarakat Tionghoa akan berada
pada kondisi ekonomi politik di masyarakat saat ini. Mental masyarakat yang
lekat dengan perdagangan opium akan berada pada kondisi masyarakat Tionghoa
berdasarkan latar belakang masyarakat perkotaan hingga saat ini terjadi.
Ketika industry masuk pada masa Orde Baru tepatnya 1980an di
Jakarta perdagangan, dan industry terus maju berdasarkan hasil ekonomi budaya
di masyarakat. Akan berbeda ketika di Pontianak, yang masih di temui parit dan
sungai, serta kendaraan yang hingga saat ini berada pada kondisi masyarakat terbangun
sesuai dengan kebutuhan ekonomi di masyarakat hingga saat ini.
Konflik Ekonomi, Sosial
Persoalan yang berbeda adalah ketika masyarakat Tionghoa
berada pada suatu sistem ekonomi politik pribumi dan Tionghoa yang memiliki
kapasitas masyarakat yang memiliki rencana terhadap kehidupan sosial budaya
mereka di masyarakat hingga saat ini.
Hal ini menjelaskan bagaimana bangunan tinggi, rumah terjadi
dengan adanya persoalan konflik sosial ekonomi, dan lainnya. Berdasarkan
pembangunan perkotaan di Pontianak pada tahun 1980an – 2008 berlangsung,
berbagai hal terkait persoalan kelas sosial, dan budaya di masyarakat hendaknya
menjadi perayaan terhadap kebudayaan ekonomi perkotaan hingga saat ini terjadi.
Perubahan akan berbeda ketika, memahami kehidupan sosial masyarakat Tionghoa tidak lekat dengan perbedaan sosial di Jakarta. Ketidaksenangan terhadap aspek pendidikan, budaya dan sosial baik itu perempuan dan laki – laki, serta Batak – Tionghoa - Dayak.
Hingga rencana konflik sosial, perjudian yang melibatkan anggota polisi yang terjadi di
perkotaan, dan konflik massa terjadi di masyarakat kota Pontianak, di dasari
dari ketidaksenangan pada ekonomi budaya.
Tidak hanya itu saja, masyarakat Tionghoa Hulu - Pontianak –
Jakarta, yang bekerja jika mengantar kue atau pesanan, tidak lekat dengan
pekerjaan kurir dan ternyata sulit untuk dipanggil membuka pintu untuk
mengambil pesanannya, Mesti berteriak, dan ada CCTV, itu ada dilingkungan
amsyarakat Tionghoa – Dayak. Hasil ekonomi perkotaan di Jakarta – Pontianak terjadi.
0 comments