Premanisme & Gubernur, Konflik Sosial, Budaya Politik Perkotaan – Desa

2/03/2022

Kalbar - Pada tahun 2000an berkembang maju mengenai persoalan budaya massa, dalam hal ini premanisme berkembang sesuai dengan kemajuaan ilmu pengetahuan, Premanisme muncul dimulai dari perkerjaaan orangtua mereka sebelumnya, seperti buruh kapal, dan dengan kelas sosial biasa.

Kemudian, muncul dengan adanya persaingan kelas sosial, dalam hal ini etnik, dan agama. Yang menjelaskan adanya ketidaksenangan, upah pekerja, dan lainnya. Dengan begitu, perubahan mata pencaharian berubah dari kehidupan drama kehidupan kapal, dan menjadi pendidik, dokter, dan lainya, tidak menyadari siapa mereka ? .

Sebelumnya bekerja sebagai premanisme model baru, seperti masuk agama Islam - Protestan, dan dengan iman, kemudian ketika ekonomi naik, maka masuk pada sistem pendidikan di Ideologi Pancasila misalnya. Hal ini menjelaskan bagaimana kehidupan sosial budaya dan agama mereka di masyarakat terutama Batak – Jawa di Pontianak dalam tembok agama.

Hal ini bagaimana mereka hidup, dengan mengatakan berbagai persoalan mereka di masyarakat, serta merencanakan konflik sosial yang terjadi pada sistem budaya dan agama. Berbagai hal terkait itu juga, lekat dengan pandangan terhadap manusia, dalam melihat kontribusi masyarakat pribumi, dan pendatang.

Ekonomi sosial urbanisasi, yang melekat pada dinamika budaya masyarakat yang berada pada kondisi masyarakat yang berada pada kondisi ekonomi budaya dalam suatu masyarakat sosial. Hal ini menjelaskan bagaimana mereka hidup dan tinggal dengan kondisi sosial budaya di masyarakat saat ini.

Persoalan yang menjadi dasar dari sebuah perkotaan yang melekat pada budaya perkotaan akan berada pada kondisi masyarakat hingga saat ini. Hal ini tidak lekat pada persoalan masyarakat Desa, yang berasal dari kebrutalan manusia Tionghoa kelas sosial kebawah dan menegah melalui sistem kerja, serta Batak – dan Jawa rantau, pada konflik sosial.

Dari ketidaksenangan itu maka akan lekat pada budaya perkotaan masyarakat yang berada pada kondisi sosial budaya masyarakat. Dengan pelindungan hukum di Indonesia,  terhadap budaya dan agama mereka di masyarakat terutama di Indonesia.

Hidup dalam tembok agama (Protestan - Islam - Katolik) menjelaskan hal tersebut sesuai dengan kondisi masyarakat lokal saat ini, dengan adanya perubahan sosial budaya, yang berada pada masalah masyarakatnya. 

Mengenai masyarakat Batak – Jawa sebelumnya membuat konflik sosial, etnik, dan seksualitas di masa lalu Kolonial Belanda – Reformasi tentunya memiliki pembangunan manusia yang bobrok di wilayahnya.

Menumpang pada ekonomi urbanisasi yang menjelaskan berbagai pekerjaan mereka, dan kecurangan terhadap aspek pendidikan, kesehatan, dan lingkungan dalam hal ini yang berdampak pada persoalan seksualitas mereka di Indonesia.

Pada masa reformasi - Mental dan Industri di Indonesia, berbagai krisis ekonomi berlangsung dengan adanya ketiadaan kontribusi mereka terhadap ekonomi terutama Batak – Jawa - Dayak, Sihombing, di Jakarta – Pontianak, ekonomi politik dan budaya malu (makan orang) sebagai orang lokal, Indonesia, tiada kata dapat disampaikan bagaimana mereka hidup dengan sistem ekonomi urbanisasi masyarakat lokal.

Seksualitas dihasilkan melalui peler – (P), melalui alat kelamin terhadap pembangunan manusia, pada ilmu kedokteran di UNTAN Pontianak - Hulu - Hilir, dari walikota Sutarmidji - PPP dan Gubernur 2008, hasil dari pertarungan politik dan seksualitas di Kalimantan Barat.

Merupakan hasil kontribusi ekonomi politik, dan kecerdasan yang dibuat berdasarkan hasil belajar,  perusakan mental menjadi menarik di bahas terutama pada sumber daya manusia di Kalimantan Barat, Indonesia serta bagaimana mereka hidup di tengah masyarakat, dan sistem pendidikan yang rendah.

 

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close