Kampung Melayu - 1889 - 20an Mata Pencaharian - Pontianak

3/02/2022

Pada abad 21 tepatnya di kampung Melayu, di tempatkan dengan berbagai wilayah yang ada di Kota Pontianak, di kampung seberang sungai berdasarkan penempatan status sosial, ekonomi dan etniks. 

Pada tahun itu juga pada perkampungan Tambelan, dan Serasan serta Banjar dan Kapur menempatkan posisi arah pedesaan sungan Ambawang, tempat saat ini kampung Tionghoa dan Dayak disitu tinggal.

Kalimantan - Pada suatu perkotaan, akan lekat dengan matapencahrian dan status sosial, pekerjaanya adalah petani, buruh, karyawan, pedagang, dan pendidik menempatkan posisi yang ada di perkampungan tersebut dengan adanya sistem ekonomi sosial yang ada di masyarakat berdasarkan perkotaan dari dari Tahun 1887 – 1920an.

Ketika itu tentunya masih hutan rimbun, dan kehidupan sosial masyarakat kota Pontianak, menempatkan berbagai akses kehidupan sosial, melalui sungai yang memanjang dan menepi pada sungai di Siantan, tempat perkampungan Tionghoa dan gertak yang tumbuh berdasarkan kemajuaan ekonomi perkotaan yang saat ini tumbuh.

Begitu juga dengan arang pabrik terletak pada perkampungan Tionghoa Hakka dan Pribumi, melalui buruh pabrik seperti karet, kopra, dan minyak, yang berada pada posisi penempatan buruh dan kelas pekerja. 

Hal ini menjelaskan bagaimana kesenjangan sosial, ekonomi, dan politik pada masa pemerintahan Sultan, dan  Gubernur Oevang Oeray, tentunya mereka memimpin dengan berpura – pura baik.Hasil dari sampah pendidikan, dan kesehatan di pulau Jawa sebelumnya berdiri tepat dengan adanya status sosial, dan kelas sosial yang berasal dari budaya makan orang pada masa kolonial Belanda ketika itu.  

Sampah itu hidup sebagai pendidikan tenaga kesehatan hasil dari otak orang kampung, dan ekonomi secara kolektif yang menempatkan kekejaman ekonomi politik Tionghoa – Dayak di Kalimantan Barat, melalui Rumah Ibadah - gereja.

Hasil dari kolektifitas itu, muncul adanya pemerasan ekonomi - bisnis, dan tenaga,  ketika hubungan seksualitas terjadi, tidak memiliki moralitas dan etika di Pontianak, itu adalah hasil pembangunan manusia di Pontianak yang begitu buruk dan brutal. 

Sedangkan pada masyarakat sistem seksualitas diterapkan oleh Batak - Jawa - Tionghoa Hakka, Ideologi Pancasila, Maria Ratu Pencipta Damai, Franshuid - Tionghoa - HKBP Silaban - menjadi temuan.

Kemajuaan binatang kearah manusia memang berada pada persoalan manusianya yang hendak dikata, ingin merusak mental dan kesehatan melalui pemasukan makanan pada tahun 1999, dan berlanjut pada masa Revolusi Industri dan Mental 2011 - 2019, dari hasil dari seorang buruh Kapal, yang bukan siapa – siapa di Pontianak.

Kebusukan orang Tionghoa Hakka – Dayak – Melayu – Batak Pontianak menjelaskan hal tersebut, menjelaskan keberadaan mereka di Pontianak, dan pedesaan Mempawah, Kapuas Hulu, dan Jakarta guna mengakses ekonomi urbanisasi Jakarta saat ini tanpa malu dan pembenahan diri - Yogyakarta -priyayi dan non priyayi.

Suatu gambaran umum, perubahan sosial pada kelas sosial yang terletak pada kebiadaban pengetahuan yang mensesatkan, dan berbanding jauh pada pulau Jawa ketika itu, begitu juga dengan sistem ekonomi politik (Tionghoa Hakka). 

Pontianak - Di bentuk berdasarkan hasil kelas sosial kebawah dan perjuangan kelas sosial dan pengetahuan dan prestasi yang bobrok dan menjadi tontonan di masyarakat, Batak (Sihombing) – Dayak – Jawa terutama tenaga medis rendahan, dan rencana kejahatan seksualitas ingin diterapkan 2011 - 2017.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close