Dayak, dikenal sebagai peristiwa konflik kekerasan etnik yang terjadi pada tahun 1999 dan 1967, ternyata memiliki wilayah hulu dan hilir di Kalimantan Barat. Untuk wilayah Madura – Dayak pada konflik ketika itu, berada pada wilayah hilir Dayak ahe yang dikenal sebagai budaya sosial di masyarakat berdasarkan mata pencaharian dan sungai sebagai ekonomi mereka ketika itu.
Mendekati ketika itu adalah wilayah yang terdapat di sekitar
ibukota provinsi Kalimantan Barat yaitu kota Pontianak, sebagai wilayah yang
berkenan sebagai konflik etnik pada tahun 1967 dan 1999 di Kalimantan Barat,
dan Juga ambon pada tahun 1990an sebagai krisis ekonomi, dan kerusuhan terjadi
di wilayah Indonesia.
Urbanisasi kehidupan masyarakat Dayak, dimulai dari sistem
administrasi – birokrasi, Desa dan masyarakat lokal setempat, dan ekonomi
Tionghoa sebagai bentuk asimilasi budaya masyarakat lokal, di Pontianak pada
sistem perdagangan hutan atau hasil sumber daya alam.
Pengelolaan dan konflik sosial sebagai bentuk dari hasil
konspirasi atau politik ekonomi, yang berdampak pada kehidupan sosial budaya di
masyarakat saat ini. Urbanisasi kota melalui ekonomi adalah tinggal dengan
adanya kepentingan ekonomi sosial di masyarakat berdasarkan bentuk dari
kesalahan di masa lalu.
Pendekatan mereka adalah saat ini melalui agama, yang lekat dengan
kebudayaan lokal melalui penyebaran agama pertamakali di Kalimantan Barat,
yaitu Kab. Sintang. Kemudian, menyebar dengan adanya karakteristik mereka
sebagai manusia atau tidak dalam aspek spritualitas, dan budaya.
Sebagai bentuk penyadaran terhadap agama dan budaya yang masuk di
pedalaman Kalimantan Barat, ini adalah sebagai kesempatan untuk mereka hidup sebagai kristiani, berdasarkan agama dan budaya yang berada pada kawasan pedesaan dan
berurbanisasi ekonomi di Ibukota Jakarta.
Politik ekonomi sebagai identitas mereka sebagai cara hidup dalam
sistem perdagangan, dan budaya yang melekat pada masyarakat Tionghoa hakka, sbagai
bentuk penyadaran diri dan membenahi diri sebagai manusia yang tinggal dalam
pengelolahan sumber daya alam, dan bisnis untuk tidak merugikan orang
disekitarnya.
Pada tahun 2008 setelah ekonomi bangkit hal ini menjelaskan
pembenahan kota dan manusia akan baik, ketika masing – masing agama terlibat
dalam misi di Kalimantan Barat, dengan harapan adanya kehidupan sosial budaya
baru yang tumbuh di tengah konflik etnik dan agama terjadi ketika itu.
0 comments