Politik, Demokrasi & Diskriminasi Rasial Di Indonesia

12/26/2022

Timur Indonesia, memiliki ragam kehidupan sosial budaya dengan perbedaan ekonomi, dan agama berdasarkan seksualitas. Pola ekonomi, dapat diperoleh jika memiliki sistem pemahaman mengenai bisnis dan moralitas.

Maka, diketahui dengan pada masa 1970an bisnis di Indonesia, akan begitu kotor dilanjutkan dengan aspek kehidupan moralitas atau mata uang diperoleh, begitu juga dengan medis dan obat – obatan yang berasal dari produksi Indonesia.

Bagi yang pro terhadap sistem politik di Indonesia, dengan pendidikan suatu Negara ini dengan politik identitas yang diperoleh dengan adanya moralitas dan bisnis, maka akan diketahui dengan adanya kekuasaan, pasar dan birokrasi.

Pendatang akan datang memciptakan konflik etnik pada orang Jawa pada aspek kepentingan ekonomi, tenaga pengajar, medis, dan kepentingan birokrasi dalam suatu pemerintahan. Bagi yang lurus dan jujur sudah pasti tersingkirkan.

Sementara, yang tidak pro terhadap kepentingan politik kekuasaan, dan cara mereka di gereja – gereja Indonesia, akan menciptakan diskriminasi, dan konflik etnik dan agama yang berlangsung dengan adanya istilah dari kepentingan budaya dan bisnis.

Maka, peran agamis dalam hal ini tentunya berdampak pada kehidupan sosial budaya dan injil berdasarkan teman atau sahabat akan berbeda pandangan terhadap istilah yang dipahami dalam injil atau kitab suci.

Kepentingan ekonomi dan etnik, akan dipahami pada pasar dan kekuasaan akan melibatkan pandangan filsafat, dan politik diantara kekuasaan yang terjadi hingga saat ini. Di Indonesia, seringkali berbagai hal terkait konflik etnik di masa lalu, menjadi alasan atau bahkan filsafat Barat dalam hal ini berperan bisa baik dan tidak baik dalam hal ini tokoh agama dalam konteks ini.

Untuk mendapatkan kepercayaan publik, para politisi seperti PDI Perjuangan dan akademisi di Universitas Indonesia, dengan kesalahan di masa lalu, tidak habis – habisnya seperi gaya kehidupan sosial dan agama di masa lalu mereka sebelum adanya kristiani dan non kristiani.

Hukum mendapatkan pengakuan dalam sistem kekuasaan, birokrasi – akademisi yang berawal dari politik dan kekuasaan, bisnis dan agama kristiani dan non kristiani akan lekat pada dinamika pekerjaan dan moralitas Tionghoa Hakka – pribumi  Pontianak – Jakarta, dalam sistem pola moralitas dan pendidikan mereka saat ini.

Mereka akan datang melalui sekolah sekolah katolik, dengan dramaturgi keagamaan - spritualitas, dan kekuasaan yang berawal dari kehidupan awal di masa lalu 1930an yang begitu buas, dan kepentingan seksualitas dan politik di berbagai wilayah di Indonesia.

0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close