Mata uang memiliki nilai bagi setiap kemajuaan ilmu pengetahuan dan agama. Hal ini dijelaskan adanya perubahan sosial, budaya dan agama yang memiliki sejarah terhadap mata uang yang diperoleh. Maka, pengadilan dan hakim dari persoalan kekerasan, konflik sosial, etnik dan agama dapat dibayar oleh uang.
Hal ini menjelaskan adanya pengadilan berdasarkan Tuhan, Yohanes 12 : 5 dan
dinart bagi orang miskin yang memang dipegang kas oleh setiap pembendaharaan
yang disebut sebagai pencuri. Penelitian kitab suci dapat dipahami bagi kalangan
birokrasi – Tionghoa Indonesia di masa lalu dalam peta kehidupan agama di
setiap keuskupan Agung di Indonesia.
Berbagai hal terkait dengan moralitas dan ekonomi Barat yang terus
maju, dengan menyesatkan berbagai nhal terkait dengan dinamika budaya sosial
yang berasal dari kehidupan awal dan akhir manusia. Mata uang Rupiah demikian,
dengan konflik berdarah yang menjadi peristiwa di masa Belanda & Jepang
hingga Indonesia 1967 - 1999.
Kalangan kelas sosial menjadi penting dalam melihat berbagai aspek
kehidupan sosial, dan hukum sebagai penegak hukum di Berbagai Negara lainnya
menjelaskan hal tersebut dengan baik. Filosofi dalam setiap mata uang akan
memiliki nilai terhadap karakteristik masyarakat Tionghoa Indonesia –
Kalimantan di masa lalu.
Masing – masing mata uang yang digunakan oleh orang Tionghoa
Indonesia, akan menjelaskan berbagai hal terkait dengan hukum Tuhan, dan
Alkitabiah, yang memang berasal dari kalangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.
Maka, hal ini menjelaskan adanya kehidupan awal dalam sebuah
peristiwa dalam setiap manusia yang berasal dari konflik etnik, dan
karakteristik sosial budaya yang berawal dari hukum di Indonesia, dalam hal ini
menjelaskan berbagai pembangunan ekonomi, dan kehidupan kotor Tionghoa
Indonesia di Batavia.
Batavia yang kini dikenal sebagai Jakarta yang di perankan dengan
adanya moralitas dan ekonomi Barat yang memang berasal dari hasil kehidupan
biologis, dan moralitas mereka secara agama Kristiani.
Tokoh agama dalam hal ini menjelaskan berbagai konflik
direncanakan karena ketidaksenangan, pencemaran nama baik, tidak sesuai fakta
dan pencipta konflik di Indonesia, terutama pada history Jawa - Tionghoa dan persunggihan ekonomi serta pertanian - tidak mengenal Tuhan,
dan pemerasan – oleh pribumi, dan tata kelola pemerintahan.
0 comments