Hutan Kalimantan, dan Birokrasi 1970an - 1989 Tionghoa Djan

9/06/2023

Pontianak 1970an, hutan yang memiliki kawasan dan hutan madu yang melimpah dengan alami akan berbeda dengan madu ternak dibudidayakan petani. Kawasan hutan adat Dayak di Kalimantan, memiliki kayu bakara yang memiliki nilai medis terhadap budaya masyarakat adat Dayak. 

Kayu bakara kini dilestarikan, dan dijadikan obat dengan tanaman yang baik bagi ilmu medis di Indonesia. Seperti dijelaskan untuk penyakit asam urat, kolestrol dan penyakit lainnya. Herbal teh dikemas dengan baik, dengan konsumsi yang disediakan dengan baik.

Maka, dengan demikian berbagai hal terkait dengan penyakit lainnya akan diobservasi secara medis di hutan Kalimantan. Dijelaskan kembali mengenai dinamika budaya, sosial dan adat istiadat masyarakat Dayak.

Untuk mengetahui  berbagai kejahatan medis, dan perebutan kekuasaan dan konflik SDA, dan mata pencaharian telah dijelaskan dengan baik, oleh para pengusaha, dan birokrasi lokal di Kalimantan Barat sebelumnya.

Pontianak, setiap riwayat hidup, dan kemiskinan dan agama kristiani tidak lekat pada dinamika keluarga para imam katolik, dan kekuasaan di Kalimantan Barat dan Jakarta hingga saat ini, disetiap masa periode spritualitas, Keuskupan gereja di Indonesia.

Kebuasaan dan kekejaman umat katolik, terutama pengusaha kayu ketika itu pada tahun 1970a, dan birokrasi oleh djan ketika itu bekerja akan tampak dengan dinamika konflik di Universitas UPB dan rumah tangga, dan wilayah yang berasal dari kalangan urban Tionghoa - Dayak.

Hal ini menjadi biangnya adalah kaum masyarakat Batak dan Jawa, serta Tionghoa di Indonesia, dengan kemiskinan, dan rancangan hidup di perkotaan, dan rumah tangga, melalui gereja katolik. Terutama di RT 003 di Pontianak, kebiadaban orang tua dan konflik diciptakan untuk kejahatan dalam hal ini dijelaskan.

Karakteristik Tionghoa di Indonesia, dengan adanya kekayaan yang berkedok agama katolik, telah sembunyi di Pontianak, dengan agama Budha, dan Konghucu. Islam dengan kelas sosial rendah hidup di Pontianak, yang mencoba – coba terhadap spritualitas dan bisnis.

Maka, dijelaskan kehidupan sosial, Tionghoa Indonesia, dramatis, dalam hidup bermasyarakat ketika berhadapan seksualitas dengan kaum pribumi di Indonesia, meliputi masyarakat Dayak, Jawa, Melayu, dan Batak , serta NTT dikarenakan kemiskinan hidup sebelumnya pada tahun 1945 hingga sekarang.

 


0 comments

Daily Journal

Recent Posts Widget
close